Tahu gak? dalam pergaulan dengan kawan, saudara dan orang-orang di sekitar kita, seringkali ada hal-hal yang mengganjal di hati, tetapi kita merasa tidak enak, sungkan atau rikuh kalau harus mengutarakan langsung perasaan kita yang sebenarnya kepada mereka. Nah, jika kita dihadapkan pada kondisi seperti ini kita perlu punya sikap yang disebut ’asertif’.
Apa seh asertif itu....tingkah laku dalam berinteraksi dengan orang lain secara terbuka, jujur penuh pertimbangan, percaya diri dan tegas. Nggak hanya menyangkut ekspresi pikiran dan perasaan yang positif saja, tetapi juga untuk hal yang negatif.
Guys...dalam berinteraksi dengan orang lain kita kan sering tuh mengutarakan pendapat dan keinginan masing-masing, contohlah ketika kita sedang diskusi. Terkadang kita setuju dengan pendapat tersebut, tetapi tidak jarang kita beda pendapat dengan mereka. Terus kalau ekspresi positif ketika kita setuju dengan pendapat orang lain dan mengutarakan hal itu. Termasuk memenuhi undangan atau ajakan-ajakan teman. Kalau ekspresi negatif ya sebaliknya seperti ungkapan bahwa kita tidak sependapat dengan orang lain atau menolak usulan mereka.
Nah, kalau suatu saat kita merasa terganggu, marah atau perasaan lain yang tidak menyenangkan dan kemudian kita mengutarakan perasaan itu disebut ekspresi negaif. So sebenarnya kemarahan bukan agresifitas kok, melainkan salah satu cara menanggapi situasi asal tahu batas-batasnya.
Oiya emang kenapa seh kok kita mesti berlaku asertif...tentu saja agar kita tetap bisa memeroleh dan mempertahankan hak kita tanpa merugikan orang lain.
Eits biar pencerita yang baca gak bingung ada lho bedanya asertif dengan pasif dan agresif. Tingah laku pasif mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri, pengennya seh menghindari konflik. Biasanya sikap kaya gini muncul karena kurang PD dan takut akan penilaian orang lain. Padahal sikap kaya gini sebenarnya justru gak menyelesaikan masalah karena masalah kita sendiri gak terpecahkan.
Trus kalau agresif tingkah laku yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Biasanya dengan cara memaksakan kehendak kepada orang lain atau bahkan menyerang dengan kata-kata.
Yah gak usah jauh-jauh lah contohnya, misalnya kita punya sebuah usul. Namanya juga usul, sekalipun kita berharap bakal disetujui semua orang tetapi bisa saja tidak disetujui kan? Nah, ternyata usul kita nggak disetujui sama orang lain, tetapi kita tetap saja ngotot agar usul kita diterima. Bahkan terkadang untuk mempertahankan usul tersebut kita tega memaki orang lain yang nggak sependapat dengan kita. Belum lagi kalau kita sering bekerja dengan kawan-kawan dalam satu kepanitiaan. Biasanya dalam tim itu sudah ada pembagian kerja sendiri-sendiri. Suatu saat kita nggak yakin dengan kerja seorang kawan dan ngerasa mampu mengerjakan tugs itu, lantas kita menyerobot tugas itu. Kan bisa kalau kita menawarkan bantuan atau coba mengusulkan sesuatu.
Penting gak seh kalau kita bersikap asertif.. yang jelas agar kita terhindar dari kerugian yang mungkin kita derita dan tentu saja juga jangan sampai merugikan pihak lain. Kita mulai saja dari keberanian berkata tidak, sering kali kita kesulitan kan untuk mengatakan tidak kepada orang lain.
Mmm apa lagi yah...khawatir ya kalau kita asertif timbul masalah. Orang lain mungkin akan melihat kita sebagai kawan yang sulit. Duh bisa-bisa kehilangan kawan dong hiks-hiks. Don’t worry, kawan. Selama ini tingkah laku asertif memang belum begitu membudaya di lingkungan kita. Jadi wajar kalau orang yang asertif justru dianggap tidak biasa. Tetapi sebenarnya dengan tingkah laku asertif kita punya banyak keuntungan. Jelas kita bisa menjadi diri sendiri tidak terbawa arus di sekitar kita. Berarti kita punya konsep diri kan?
Sudah cukup ya..sampai jumpa pada psiko area selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar