Lagi, soal penculikan yang mayoritas menimpa remaja putri. Belakangan ini santer diberitakan beberapa remaja putri menghilang, siapa yang tidak khawatir apalagi jika berujung pada tindak kriminalitas. Peran media cukup efektif untuk memberitakan progres anak hilang.
Sebut saja seorang mahasiswi dari universitas ternama yang dikabarkan mneghilang 1 minggu, disusul lagis eorang siswi SMP yang diduga dibawa lari sama temannya lewat social media, ditambah lagi mahasiswi universitas negeri yang juga sampai kini belum diketahui kemana rimbanya.
Dari fenomena itu, ada yang menggelitik hati yaitu drama hilangnya mahasiswi dari universitas ternama yang sekaligus seorang aktivis. Pihak orangtua melapor pada polis (yang langsung diberitakan di hampir semua tayangan berita TV), jika anak mereka hilang dan saat kejadian bilangnya mau ke rumah teman, si anak juga membawa laptop dan uang senilai 3 juta.
Well, seminggu kemudian saat berita sudah santer ditayangkan dan sudah berandai2 barangkali diculik atau dibawa kabur, eh nongol ditemukan polisi di semarang. Usut punya usut ternyata tuh anak lari karena takut sama ortunya make uang kuliah dan pergi keluar kota untuk bekerja agar bisa mengganti.
IMHO, kasus tersebut sungguh memberikan pelajaran khususnya bagi remaja putri apalagi yang masih tahap abegeh yang kerap dilabeli labil. Bahwa, hari gini, jika melakukan apapun emang mesti mikir berkali lipat, supaya gak mentah2 dijadikan objek berita apalagi terkadang hanya soal pribadi dan dianggap sepele oleh sebagian orang. Bayangkan saja penonton dan kawan2nya sudah begitu khawatir eh doi pergi karena keinginannya sendiri. Kalau udah gitu ya siap2 terima resikonya diperlakukan seperti layaknya orang berkasus.
Anyway, pembelajaran lagi buat para orangtua, include me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar