
Intelegensia 20% dipengaruhi unsur genetik dan selebihnya dipengaruhi asupan makan
(Dr. Ang Poon Liat, Pediatric Centre, Thomson Medical Centre, Singapura)
Ada sebuah idiom menarik yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan investasi jangka panjang. Sekilas memang terdengar klasik, tapi bagi saya begitu dalam maknanya. Lantas bagaimana mewujudkannya? Pikiran awam saya mengatakan bahwa investasi tersebut dimulai tidak jauh dari diri kita.
Ya, apalagi jika bukan dari keluarga yang merupakan pijakan awal bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Di dalamnya terdapat banyak rasa, mulai dari cinta, kasih, sayang, kenyamanan, dan kemanan. Semua itu bisa diwujudkan salah satunya dengan bagaimana orangtua memberikan asupan atau makanan yang terbaik bagi buah hati.
Dengan memberikan makanan yang bergizi seimbang, bayi akan menjadi sehat dan mempunyai kekebalan terhadap berbagai penyakit. Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal. Apabila bayi mendapatkan makanan yang kurang memenuhi kecukupan gizi dianjurkan, maka lambat laun ia akan menderita kekurangan gizi. Sebaliknya, bayi yang memperoleh makanan melebihi kecukupan gizi yang dibutuhkan, maka akan menderita kegemukan yang justru cenderung membahayakan bagi kesehatan[1].
Jelang Makanan Pendamping
Kebetulan karena berbagai alasan saya memutruskan untuk bekerja di rumah sambil menemani anak saya, Attaradipka Altair (9 bulan). Ketika masih mengandung, saya pernah bersua seorang kawan yang concern memberikan makanan sehat buatan sendiri kepada anaknya. Saat itu, yang ada dalam benak saya adalah “oh masak sendiri asyiknya bisa berkreasi”. Beberapa bulan kemudian setelah melahirkan buah hati saya yang bernama Attaradipka Altair (Attar) dan detik-detik bulan jelang pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) saya serupa ‘kebakaran jenggot’ karena merasa belum menyiapkan amunisi dan perlengkapan ‘perang’ dalam menyiapkan makanan sehat bagi buah hati saya.
Dalam kecemasan itulah, lagi-lagi saya bertemu kawan lama kembali via dunia maya yang menyarankan untuk join di grup jejaring sosial Facebook bertajuk Homemade Healthy Baby Food (HHBF) yang concern tentang makanan sehat bayi. Jujur, saya serasa bertemu dengan separuh rasa, karena sejujurnya tanpa bekal informasi saya tidak bisa melakukan yang ‘semestinya saya lakukan untuk mengiringi program MPASI-nya Attar.
Selama persiapan itulah, pikiran sederhana mengenai makanan sehat adalah sama dengan masak sendiri ternyata tidak berhenti sampai di sini. Masih ada beberapa rule yang perlu dipelajari, dipahami dan tentu dijalankan. Mulai dari mengapa MPASI dimulai saat bayi 6 bulan, memberi makanan pada saat bayi duduk, menggunakan tes alergi setiap berganti jenis makanan 2-3 hari, panduan memilih bahan makanan yang sehat, panduan saat memasak, mekanisme tes alergi, step by step jenis makanan yang diberikan sesuai jenjang usia bayi, dan juga tentu saja peralatan tempur MPASI (kalau yang terakhir ini bisa sambil jalan yang penting alat-alat dasar sudah ada).
Tak kalah penting dari deskripsi di atas adalah rule untuk tidak menyertakan gula garam sebagai pelengkap MP-ASI. Jujur pada awalnya saya bingung karena masih pakai mindset diri sendiri, “bagaimana ya rasanya makan tanpa garam?” Lagi-lagi melalui HHBF saya belajar alasan untuk menunda pemberian gula dan garam saat bayi masih di bawah 1 tahun .
Alasan yang saya petik dari salah satu kumpulan dokumen HHBF adalah karena untuk membentuk dasar citarasa anak agar tidak suka pada rasa asin berlebihan (banyak garam). Alasan lain, garam tidak perlu ditambahkan ke dalam MP-ASI, karena organ cernanya -terutama ginjal- belum bekerja baik mencerna garam/natrium berlebihan. Selain itu, asupan natrium sudah cukup didapatkan bayi dari ASI dan MP-ASI.
Pun berlaku juga bagi gula, biarkan bayi mengenali keragaman cita rasa manis asli buah. Gula mematikan cita rasa dasar. Tidak menambahkan gula juga penting untuk melatih kepekaan saraf perasa bayi agar kelak tidak menjadi ketagihan gula dan makanan manis. Selain tidak berguna (karena rasa buah sudah manis), gula hanya akan membebani kerja pankreas dan hati (liver) bayi.
Menjalani dengan Segenap Rasa
Buah segar menjadi pilihan pertama makanan pemula pendamping ASI. Berbeda dari nasi dan makanan pokok lainnya, buah segar mengandung karbohidrat yang mudah dicerna yaitu gula buah. Kemudahan gula buah dicerna bayi mendekati ASI karena secara alami dilengkapi enzim pencerna. Oleh karena itu, buah digolongkan dalam predigestedfood atau semidigested food, yaitu makanan yang sudah separuh tercerna. (Kumpulan dokumen HHBF)
Berbekal informasi tersebut saya putuskan memilih buah sebagai tahapan pertama pengenalan MP-ASI. Urutannya 2 minggu sekali dalam sehari, dua minggu sesudahnya dua kali sehari. Diawali dengan puree pepaya, apel, pir, melon oranye, pisang ambon, alpukat, jambu biju merah, dan sari jeruk baby. Di akhir usia 6 bulan mulai pelan-pelan beralih ke sumber karbo seperti bubur beras merah dan putih, dan pernah coba juga tepung-tepungan dengan catatan tidak dikonsumsi rutin karena tepung mengandung gluten. Dari ke sekian buah yang pernah dicoba, Attar paling suka pisang dan pepaya, kalau diberi kedua buah itu bisa langsung tandas. Selama 1 bulan pertama Attar dinyatakan lolos tes alergi, Alhamdulillah.
Bulan berikutnya saya semakin excited membrikan ragam karbo dan sayuran tentu masih dengan aturan tes alergi. Saya ingin memberikan pandangan secara implisit bahwa main course tak melulu bahan dari beras tapi juga masih ada bahan makanan lain yang tak kalah bermanfaatnya. Misalnya saya memberikan olahan masakan dari ubi (merah, kuning, ungu), labu parang, kabocha, kentang, dan jagung manis. Pernah juga nyoba tepung tapi pemberian dibatasi. Lagi-lagi saya kembali senang karena deretan makanan semua Attar suka.
Bagaimana dengan pemberian sayur? Jujur saat saya memulai MPASI dengan buah sempat terbersit sedikit kekhawatiran jika setelah mengenal buah yang rasanya cenderung manis, Attar jadi tidak mau makan sayur. Setelah dijalani ternyata tak seperti yang saya bayangkan, baru pertama dikasih sayur langsung lahap makannya. Sayuran pertama saya coba labusiam, sukini, dan buncis, karena rasa kedua jenis sayur itu cenderung seperti buah.
Memasuki bulan ke-8 Attar, saya semakin bebas berekspresi karena banyak jenis makanan yang boleh dikonsumsi Attar. Mulai dari sayuran (wortel, daun bawang, seledri, tomat, bayam, pakcoy, lobak, brokoli, kembang kol, daun so), nabati (tempe, tahu), hewani (ikan, daging sapi, unggas, telur), produk olahan (keju), umbi (bit), karbohidrat (bihun, havermut, roti gandum) dan kacang-kacangan (kacang panjang, kacang polong).
Sekilas belum bervariasi tapi selama proses tiap 3 hari akan saya berikan jenis makanan baru. Tak lupa metode yang saya berikan selain makanan yang dihaluskan adalah memberikan finger food untuk melatihnya makan sendiri (kentang, buncis, wortel, dan lain-lain). Jika dievaluasi sampai mau masuk bulan ke-9 Attar belum menunjukkan tanda-tanda alergi makanan tertentu.
Sekadar berbagi, saya pernah diajak makan di salah satu resto fastfood ternama. Tiba-tiba tanpa saya sadari teman saya menawarkan kentang goreng ke Attar. Saya tetap pura-pura tak lihat, eh di luar dugaan ternyata Attar tidak bergeming. Sounding sederhana mengenai makanan sehat yang saya berikan saat Attar makan di rumah baru bisa saya lihat efeknya saat Attar ikut saya makan di luar.
Ketika Gundah Datang
Attar suka sekali makan, hampir setiap kali saya buatkan makanan selalu habis, kalau tidak habis bisa dihitung kira-kira 1-2 menu, itu yang membuat saya bisa ‘bernafas lega’. Padahal menunya termasuk sederhana dan baik bahan maupun cara penyajiannya. Namun, saya menerapkan disiplin sederhana yakni jika tiba waktu makan ya makan tanpa bermain. Sebab menurut banyak cerita tidak mudah memberi makan pada anak. Berpijak dari cerita yang sudah-sudah sejak Attar mengenal makanan pertamanya sudah duduk di atas stroller, sengaja tidak saya gendong dan bawa keluar karena bisa menjadi kebiasaan.
Di tengah euforia itulah tiba-tiba gundah datang. Pasalnya, meski makanAttar terbilang memuaskan –versi saya- ternyata Berat Badan (BB) Attar stagnan di 7,6 selama 3 bulan sejak mulai MP-ASI. Menurut petugas kesehatan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) setempat wajar jika BB stag setelah lewat 6 bulan stagnan karena anak sudah mulai aktif bergerak yang mengeluarkan banyak energi.
Memang saya masih bisa santai, tapi wajar pula kalau saya merasa gundah. Dan di tengah kegundahan, muara saya adalah HHBF, tanpa pikir ulang langung ‘meluncur’ ke posting lama HHBF yang mengupas BB anak. Dan saya mendapatkan salah satu tipsnya: berikan buah alpukat di pagi hari saat sarapan.
Tumbuh kembang anak tidak melulu ditandai dengan kenaikan BB tapi ibu mana yang tidak sumringah tatkala melihat jarum timbangan menunjukkan kenaikan. Empat ons, tapi membuat saya seperti jatuh cinta lagi saking senangnya. Melalui kisah di atas saya pun memahami bahwa ternyata , makanan bukanlah soal menambah jumlah makanan tapi menambah pengalaman—tentang teknik makanan, tentang perbedaan rasa dan bentuk, tentang aspek sosial dari makan bersama.
Memang baru tiga bulan sepuluh hari saya berproses. Mungkin belum banyak cerita yang bisa dikisahkan. Masih banyak sekali resep dalam pikiran dan tulisan yang belum disajikan, tapi tetap dicoba satu per satu. Bagi saya ini baru permulaan, sebab saya yakin ke depan masih banyak tantangan dan kejutan yang datang silih berganti. Mulai dari tumbuh gigi, variasi masakan, jika Attar mulai aksi gerakan tutup mulut, pilih-pilih makanan, susah makan karena keasyikan bermain dan masih banyak lagi bahkan di luar ektase saya.
Epilog
Waktu begitu cepat melesat, tanpa terasa sudah hitungan lima bulan saya menjaga rasa di HHBF. Tak sekadar menyalin resep, tapi juga mengkombinasikan bahan-bahan yang ada di rumah, mempelajari posting-posting tentang pola makan dan juga resah gelisah anggota yang menemui hambatan saat proses MPASI. Saya belajar banyak tentang rasa saling menguatkan, belajar untuk menjadi silent rider sampai terkadang menahan diri untuk tidak posting dan memilih jalan-jalan di kumpulan dokumen yang sangat bermanfaat.
Tak hanya itu rasa minder sempat menghampiri tatkala, melihat member yang posting foto resep masakan buat buah hati mereka begitu menggoda. Sejurus kemudian, saya coba tepis rasa minder itu berganti untuk semangat menyiapkan makanan sehat yang terbaik buat Attar. Esensinya adalah memasak dengan rasa cinta dan ketika Attar menikmati dengan tatapan matanya yang hangat, rasanya hati ini berongga dan wajah merona bahagia.
Rasa terima kasih saya pada HHBF beserta admin dan membernya sungguh tak bisa diwakili dengan kata-kata. Tak berlebihan jikalau saya menyebut HHBF sebagai rumah rasa. Karena di rumah itulah segala rasa mengalir. Rasa cinta yang mengalahkan rasa malas jika tiba-tiba datang menyergap, rasa sayang mengalahkan jenuh dan rasa percaya diri menaklukkan minder.
Tak luput untuk keluarga yang selalu mendukung pilihan-pilihan hidup saya, termasuk teman hidup (baca: suami) saya. Dukungan dan semangatnya agar saya selalu membuatkan makanan sehat untuk Attar sangat berarti. Sampai-sampai saya memberinya predikat “Ayah HHBF” karena tak sekadar diskusi tentang makanan sehat dan menanyakan setiap hari Attar makan sama apa, dia juga seringkali membantu saya belanja bahan makanan, buah, menyaring bubur, dan menyuapi Attar.
Last But Not Least. Meminjam kutipan di awal tulisan bahwa ternyata asupan makanan sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Untuk mari kita biasakan memberikan makanan sehat kepada buah hati kita. Karir ibarat sekolah, jika tidak naik kelas bisa diulang, namun memberikan makanan sehat adalah karir sekali lewat dan tidak bisa diulang.
Yogyakarta, 6 Maret 2012
* Tulisan ini dibuat untuk menggembirakan momen Lucky Draw HHHBF 2012
** HHBF adalah sebagai sarana sharing para orang tua dalam membuat dan menyiapkan makanan sehat untuk ananda tercinta (baby and toddler food). Khusus untuk bayi, makanan ini lebih dikenal sebagai makanan pendamping selain ASI yang diberikan setelah 6 bulan, yaitu setelah masa ASIX/ASI Eks(X)klusif 0-6 bulan.
[1] Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004
haloo mbak salam kenal...
BalasHapussaya ira ibu dari zahra 7 thn dan fatih 8 bulan..
anak pertama saya termasuk picky untuk makanan.. setelah saya baca2 itu karena kesalahan saat pengenalan MPASI nya..
berbekal itu, saya cari2 panduan untuk MPASI dan teman menyarankan HHBF.. alhamdulillah anak kedua saya menyukai sema makanan yang saya sajikan walaupun mungkin rasanya agak kurang berasa karena tanpa gula dan garam...
:)