Kamis, 27 Maret 2014

Semua Mungkin di FB

 

Kenal yang namanya FB jika tak salah ingat kurun waktu tahun 2008...saat itu berasa ketemu 'mainan' baru. Bisa ekspresikan perasaan lebih leluasa, bisa ketemu teman-teman lama yg pernah hilang dan berteman lagi dengan teman2 yg nyata...

Waktu itu saya selektif banget baik add atau approve, cukup yang kenal saja baik yg pernah bertemu muka atau setidaknya tahu meski tak bersapa, tak peduli berapa jumlah mutualnya.
Makin lama FB makin dinamis, dengan adanya fasilitas fanspage yang memberikan aneka informasi mulai masalah remeh temeh sampai bahkan ada yg urusan ranjang.

Pun dengan kemunculan grup yang makin berwarna mulai grup informatif sampai grup suka2 yg dibuat karena kesamaan minat. Semua itu makin memanjakan pemilik akun, mau A masuk ke grup A, mau B masuk ke grup B. Gak heran bahkan ada istilah "lo lagi lo lagi"

Saya pun mulai meredefinisi siapa2 yang mau saya add dan approve, menyesuaikan dgn perkembangan jaman, open mind bahasa kerennya. Dimulai dari grup support ASI yang saya temui. Bagi saya grup inilah yang membidani lahirnya grup2 lain -dalam konteks yg saya ikuti- melalui grup itu saya bisa kenal grup yg lain, baik cari sendiri atau atas rekomendasi teman.

Sampai akhirnya saya sampai pada puncak 'kebebasan' meng-approve banyak orang yang ga neko2 profilnya dengan alasan pragmatis: saya mulai jualan perlengkapan bayi di awal tahun 2011. Awam sekali saya berpikir, makin banyak friend list makin banyak peluang hahai.

Namun rupanya saya terlarut, tak seindah bayangan. Status2 Fb tak lagi hangat dan bersahabat seperti dulu, yg kerap berisi cerita2 menarik nan inspiratif. Alih2 bisa mendapat suntikan semangat malah sebaliknya bad mood seharian. Hanya gegara status, oh no!.

Isian status mulai bergeser dari informatif menjadi sarana bebas untuk saling menyindir, niatnya hanya menyindir satu orang justru banyak orang lain ikut merasa -padahal gak kenal- misalnya. "Apa jangan2 buatku ya, eh iya ini mah buatku nih"

Padahal itu tak semestinya terjadi jika kita masih percaya pada komunikasi lain yg lebih pribadi, heart to heart, face to face. Lebih percaya status daripada kata hati. Semua itu mungkin di FB.
Yang tadinya dekat jadi jauh, yang tadinga gak kenal jadi akrab semua jadi mungkin di FB. Tak ada lagi pepatah mulutmu hariamaumu tapi bersalin jadi statusmu harimaumu.

Saya sedang tak menyindir siapa2, tolong garisbawahi, saya hanya sedang nostalgia kehangatan FB masa lalu yg membuat saya rindu.

Ah 6 tahun yang penuh warna, mulai dari mendapatkan pekerjaan baru, kesempatan mengasah minat, bertemu teman2 dgn berbagai karakter, sampai 'kehilangan' teman2 yg dulu pernah bersama sekaligus menemukan teman2 yang luar biasa seperti layaknya saudara. Ternyata semua mungkin di FB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar