Jumat, 04 September 2009

Bukan Kolak Biasa


Setiap bulan Ramadan, hampir sebagian besar pusat jajanan menyediakan kolak. Panganan yang terbuat dari bahan santan, gula merah, ubi jalar, buah atap atau kolang kaling dan pisang itu dijadikan sebagai menu berbuka puasa. Bagi yang suka bisa ditambah buah nangka untuk aroma yang sedap, jangan lupa pula daun pandan. Karena rasanya yang manis, pas-lah dengan tagline “berbukalah dengan yang manis”. Memang sih ada beberapa yang bilang kalau rasa santan kurang bagus dan terlalu ‘berat’ untuk berbuka, tapi kalau menurut saya tergantung cara mengolah dan tentunya diimbangi dengan serat plus air putih.

Berpijak dari tradisi ngolak itu, makanya saya memberanikan diri dengan modal nekat membuat eksperimen kolak. Sebelumnya saya tak pernah membuat, karena saya pikir beli lebih praktis, atau kalau waktu SMU dibuatin ibu. Tanpa banyak berbasa-basi, saya ingin mengisi dua minggu ke depan puasa dengan kesibukan baru, yakni mengolah kolak. Kebetulan kemarin sample kolak buatas saya, sudah dicoba oleh rekan-rekan kantor untuk berbuka. So’ saya jadi terinspirasi untuk menjualnya, karena ternyata –di luar dugaan- rekan-rekan menyukainya dan layak untuk dijual, kata mereka.

So’ siapa mau pesan silahkan hubungi saya yah, untuk pemesanan minimal 5 bungkus ada delivery ekstra lho, ongkos kirim gratis. Penawaran ini hanya untuk yang domisili di Jogja, kan kalo di luar kota lama di perjalanan dunk. Soal harga, sama dengan kolak rata-rata yang dijual di pinggir jalan, bahkan bisa dibilang terjangkau. Rp 1.500/bungkus dengan isi yang jauh lebih banyak dari yang dijual di pasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar