Kamis, 03 September 2009
Mari Ngeteh
Tanpa disadari ternyata teh telah menjadi bagian dari hidup saya, tak kurang setiap hari saya meneguknya di pagi hari. Sebelum berangkat ke kantor dan malam hari selepas santap malam. Jika kawan-kawan saya banyak yang lebih menyukai teh celup karena lebih praktis dan tidak ribet, saya tetap konvensional untuk minum teh tubruk dengan varian merek antara lain teh tongji. Meskipun ribet saya tetap bertahan dengan kebiasaan itu, sampai-sampai saya membeli teko lengkap dengan gelas mungilnya untuk memudahkan saya mendapatkan teh yang panas, legi dan kentel (Nasgitel). Sampai ada seorang kawan nyeletuk, ”kayak orangtua saja kamu, Ka minum teh tubruk gitu”.
Tak hanya di kost saya minum teh, pada setiap kesempatan saya lebih memilih teh untuk teman ngobrol, membaca buku, diskusi dan ngetik, meski terkadang diselingi kopi. Keistimewaan teh selain terletak pada rasanya yang legit, pahit, manis, panas, dan aroma daun teh yang harum, teh juga bisa memberikan sugesti ketenangan, kelegaan saat panik, bahkan bisa untuk meramal dari sisa ampasnya. Ada pula untuk menghangatkan dan mencairkan obrolan, tak heran di salah satu iklan teh terkenal menggunakan tagline: mari ngeteh, mari bicara.
Warung, cafe atau resto yang pernah saya kunjungi beberapa memiliki teh khas yang membuat saya addicted untuk sering-sering datang. Tapi tetap saja tak ada yang bisa mengalahkan teh nasgitelnya Lek Man. Beliau tak sayang menghamburkan gula untuk memanjakan pembelinya, dengan teh yang kental dan gula yang banyak jadilah teh legendaris yang diburu banyak prang. Ada yang bikin saya tersenyum tatkla rekan kantor saya ajak ngeteh eh dia malah mengaduk gulanya sampai lebur, jadilah manis sekali dan tak bisa dijogi (dituang teh lagi).
Selain Lek Man, masih ada lagi di Ankringan Lek Min, poci Kalicode, Kopiplus, Ekstra Hot, Angkringan Timoho, Ngeban Resto, warung koboi, dan hampir setiap angkringan yang pernah kusambangi. Paling tidak suka teh yang biasanya disuguh di resto padang, rasanya kayak ngemut permen. Pernah saking penasaran – rasanya melati banget tapi kental- saya menanyakan merek teh yang dipakai oleh Ekstra Hot eh mereka tidak bisa memberi tahu (rahasia perusahaan kali ya) T.T. Seperti yang kita ketahui teh tidak lagi hanya dijual orisinil tapi juga di-mix dengan varian rasa seperti vanilla, apel, strawberry, blueberry, blackcurrent, teh susu, teh jahe, lemon tea, teh soda, teh jamu dan masih banyak lagi.
Nah, Minum teh di Indonesia sangat berbeda dengan tradisi minum teh di negeri Jepang yang masyarakatnya begitu menghormati teh. Sampai-sampai untuk minum teh saja, mereka lakukan dengan ritual upacara. Terlepas dari sejarah, kini minum teh semakin populer dan terkenal ke berbagai penjuru dunia. Sejalan dengan kepopulerannya, maka tata cara penyeduhan dan penyajian teh pun semakin banyak dikenal baik di Asia maupun Eropa. Perangkat minum teh yang biasa disebut poci, teko, atau cawan, dengan cangkir-cangkirnya bentuknya menjadi beragam. Orang suka menyebutnya sebagai tea set. Terdiri dari sebuah teko, dan dua sampai empat cangkir.
Menurut sumber yang pernah saya unduh Teh (Camelia sinensis) dikenal sejak sekitar 2.737 tahun Sebelum Masehi pada masa kekaisaran Sheh Nong di China. Dari negeri China, teh kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, dan sampai kini tradisi minum teh masih lestari di berbagai negara. Syahdan entah benar atau tidak, penemuannya secara tidak sengaja.
Baiklah, selamat minum teh. Adakah di antara kawan-kawan yang memiliki tempat ngeteh yang bisa dijadikan rujukan buatku. Saya akan mendatanginya. Thanks.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar