Senin, 31 Agustus 2009
Rapal di Bulan Juli
Membaca kata Surya dalam lembar demi lembar catatan dan terkadang disisipi potongan bunga mawar merah perlambang kekuatan cinta, membuatku berdecak. Seromantis ini kah mereka melalui masa romantika remaja? Saat itu usiaku menginjak sweet seventeen yang kata banyak orang sudah boleh mengantongi Surat Izin Pacaran dan pulang ke rumah boleh lebih dari jam 9 malam. Hadiah yang paling berkesan kala itu, meski tidak dikatakan langsung oleh ibuku adalah buku harian. Bayangkan sebuah buku yang berisi risalah masa lalu kini dengan mudah berada di telapak tanganku.
Lama aku telusuri kata Surya dalam buku itu, tak jua aku temukan maknanya. Pada salah satu helainya akhirnya kata Surya adalah sebutan khas ibuku untuk Bapakku. Yah entah diambil dari penggal namanya kah. Tapi pasti artinya lebih dari sekadar itu. Sebab Surya verarti matahari, dan tentu saja bisa aku simpulkan sementara bahwa sinarnya bisa menerangi hati ibu. Penjelasan yang sederhana bagi anak yang baru beranjak gede. Nun, aku masih menyimpan Tanya, pasti ibu punya maksud lain mengapa mengeja ayahku bukan Surya, bukan mas, dinda, sayang, honey, cinta, beibh dan sebagainya. Biarlah itu jadi tersimpan di ‘kotak laci’ ibu dan terkunci tentunya.
Ibu banyak bercerita tentang masa mudanya di buku harian ukuran 10 x 15 mm berwarna biru dengan model agenda harian. Zaman segitu memang tak banyak yang jual buku harian lucu warna-warni apalgi curhat di note Facebook, komputer saja belum ada. Dari situ aku tahu kalau ibuku tulisannya latin dan indah. Ibu banyak cerita tentang semangatnya kuliah di Sadhar dan bagaimana berjuang mendapatkan beasiswa. Namun, di tengah masa belajarnya, ibu juga tersandung cinta seorang pria yang sekarang dikenal sebagai ayahku. Ya, mereka bertemu di Yogyakarta Berhati Nyaman, sebuah pertemuan tak disengaja di sebuah kawasan kost di Demangan. Siapa sangka ketidaksengajaan itu berbuah ragi kenangan yang membekas di hati mereka.
Padahal menurut versi ibu, saat itu bapak lagi berhubungan dengan seorang kawan kostnya tapi ya ternyata kawan kost ibuku malah langsung menyetujui hubungan ibu dan bapakku dengan alasan ia memilih pria lain. Sontak ibu terkejut sebegitu mudahnya kah melepas sang idaman hati. Berbalu kebimbangan dan keresahan ibu tak ingin dikecewakan oleh bapak karena bapak saat itu memang banyak penggemarnya. Ibu sangat hati-hati ketika bapak mulai mendekat.
Dan, ya akhirnya bapak tak mau berlama-lama lagi pacaran karena ibu harus ikut ikatan dinas akhirnya bapak mengikat ibu terlebih dahulu dengan ikatan suci perkawinan sederhana di Magelang. Bapak memakai jas berdasi merah, saat itu bapak belum ada bekas jerawat seperti sekarang. Sementara ibu memakai kebaya satin hijau tanpa ornamen payet layaknya kebaya zaman sekarang. Pada ujung kancing atasnya bersemat bross kuning dan rambutnya hanya disanggul biasa tanpa kembang melati.
Kini 27 tahun berlalu sudah, spirit kasih mereka banyak mengajarkanku melalui hidup, tanpa doktrin apalagi paksaan. Mereka banyak memberi contoh bagaimana bertahan dalam segala masalah dan tentu saja berjuang mencari jalan keluar. Bukan hanya itu mereka banyak juga mengajarkan bagaimana menjaga sebuah kepercayaan, seperti kepercayaan penuh mereka padaku selama aku berada di lain kota. Tak pernah mereka curiga apalagi tak percaya pada apa yang aku lakukan selama ini. Ibu dan bapak hanya berkata “kamu sudah dewasa Ka, bisa menentukan keputusan apapun sendiri tanpa campur tangan kami”. Bagiku kepercayaan itu sangat berharga dan mendukung langkah hidupku.
Meski tak remaja lagi, mereka tak pernah lupa sekadar meningat hari perkawinan dengan mengajak kami makan bakso atau pecel lele. Sembari bapak memberikan ibu bingkisan kecil, sederhana tapi pasti bapak tahu saja apa yang tengah ibu butuhkan.
Meski delapan tahun sudah tak tinggal bareng mereka, tapi filosofis perjalanan hidup mereka tak alpa aku tinggalkan, meski begitu aku masih harus banyak belajar. Duh ibu dan bapak, terimalah rapalan pengharapan di bulan ini sebagai tanda kasih ananda, yang tentunya tidak cukup bagi kalian. Sekali lagi selamat hari ulangtahun perkawinan semoga jalinan kasih bapak dan ibu abadi untuk selamanya. Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
baik, aku mengerti sekarang... kita memang hadir karena masa lalu. Tapi masa lalu juga dihadirkan untuk menatap masa depan. Semoga masa lalu yang indah selalu menjadi inspirasi hari-hari yang akan kau lalui dan masa lalu yang pahit dapat menjadi pengingat agar hal itu tak boleh terulang... so selamat menikmati hidup!
BalasHapus