Rabu, 31 Maret 2010

Romantika Photo Pre Wed






Sejak kapan trend memajang Pre-Wedding Photos a.k.a foto Pre-Wed dimulai?? Daku gak tahu kapan pastinya. Yang pasti, keliatannya keren aja memajang foto-foto bertema unik yang diolah penuh nilai artistik layaknya karya seni, menjadi bagian dari dekorasi & konsep pesta pernikahan. Itulah yang terpikir, sebelum menyiapkan pernikahan. Dan saat itu, muncul keinginan untuk buat undangan yang ada fotonya dan memajang foto pre-wed di pernikahan kami nantinya.

Awalnya kami membayangkan Pre Wed yang megah dan glamour. Mulai dari menyewa kostum zaman kerajaan, kemerdekaan sampai paling sederhana- baju petani di pematang sawah. Tiap ada kesempatan ngobrol, maka tema foto Pre-wed selalu mendapat tempat yang cukup menarik. Kami pun jadi rajin mengamati contoh-contoh foo pre wed yang ada di internet, tapi kok yah belum ada yang pas.

Sampai sekarang kami sih yakin jika foto pre-wed nggak harus terlihat keren, karena pasangan dalam foto juga tak harus terlihat mesra dengan saling menggelendot manja… Yang paling penting adalah tema & kisah yang “bercerita” dari foto tersebut.

OK. Tema & kisah yang “bercerita”. Aku pernah terlintas punya ide (yang waktu itu aku pikir brilian banget) untuk bikin foto pre-wed yang bercerita tentang kisah pertemuan kami. Tapi setelah aku share-kan dan merunut lagi kisah kami berdua bersama-sama, sampailah kami pada keputusan bahwa rencana foto pre-wed tersebut harus diurungkan. Kenapa ? Karena tempat pertemuan kami yang utama yakni LPM EKSPRESI UNY telah berubah bentuk menjadi kantor Lemlit, sama sekali gak bisa lah foto-foto di rektorat lama. Jadi kepikir kenapa gak dari dulu ya nyicil foto di sana hehe.

Lantas akhirnya kami berpikir jika tema-tema yang paling atas sama sekali tak mewakili karakter, kepribadian dan minat kami. Kami coba putar otak mengemas nuansa Pre Wed yang merepresentasikan karakter dan interesting kami. Oh ya masku kan suka baca kenapa enggak kami menonjolkan minat baca masku pada buku-buku kesayangannya, sementara aku kan orangnya rada usil jadi kenapa enggak aku akting ganggu masku yang lagi baca. Kami pikir itu bukan ide yang jelek-jelek amat.

Pilihan pemotretan kebetulan jatuh di tanggal 14 Februari, Yeah Valentine tahun ini tampaknya aku tak memerlukan sekotak coklat, bunga atau hadiah lainnya. Sebab aku merasakan hadiah yang lebih indah yakni prosesi Pre Wed. FYI, sebenarnya saya ragu untuk bilang gimana kalau ada Pre Wed-nya, tetapi saya tidak menduga jika pasangan saya ternyata langsung mengiyakan jika pakai prosesi foto Pre-Wed, bahkan turut antusias untuk merumuskan tema dan konsep apa yang akan diusung, sebab pasangan saya bukan tipikal suka narsis. Entahlah anggap saja ini bonus…At Least mungkin kami jarang foto-foto bareng, kalau jalan-jalan malah foto sendiri-sendiri, jadi ya foto Pre Wed bisa jadi album kenangan di akhir masa kami berpacaran.

Setelah persiapan kostum dan kesediaan teman-teman yang akan membantu. Kami pun merumuskan tempat mana ya yang cocok untuk Pre Wed. Kriterainya tempat itu paling tidak punya nilai tersenditi baik sejarah maupun tempat yang sudah pernah kami kunjung. Tak mudah memang, apalagi ditambahkan kriteria tidak pakai biaya sewa tempat.

Triiing akhirnya kami menemukan nominasi tempat untuk pre wed:

1. Pantai di Gunung kidul
2. Desa wisata kembang arum
3. Sogan Village
4. Hutan Pinus Imogiri
5. Jembatan Gantung imogiri
6. Candi Ratu Boko
7. Gunung Ngalenggeran GK

Dari ketujuh nominasi tersebut, pilihan kami pun dikerucutkan hanya 1 tempat di Candi Ratu Boko. Sementara 6 lokasi lainnya kami urungkan karena banyak pertimbangkan, mulai dari lokasi yang cukup jauh sementara waktu kami terbilang sempit, ada yang saat hari pemotretan tempatnya dipakai buat acara sampai pada biaya sewa yang membumbung tinggi. Lagipula Ratu Boko keren kok tempatnya, sama sekali gak nyesel dah pilih Ratu Boko. Viewnya itu lho indah banget. Belum lagi nuansa jadulnya dapet banget.

Akhirnya kami bisa melakukan sesi foto untuk desain undangan dan album personal . Ada kejadian yang menggelitik saat kami menuju lokasi pemotretan di Ratu Boko, setelah sebelumnya berencana di Nglanggeran (gak jadi karena di sana ada acara). Jalanan mendakimembuat motor yang kami tumpangi tak kuasa menahan beban dan gigi motor juga tiba-tiba macet. Rasanya deg-deg-an, bahkan mas masih pucat meski sudah masuk ke halaman parkir. Pasalnya motor yang kami tumpangi sempat ngadat waktu di tanjakkan, betapa mengerikan karena jalan curam.

Dengan bantuan yang tulus dari kawan-kawan. Ada Endri yang membantu memotret dan Che yang bertugas sebagai make up dan stylist, dengan gaya dan properti minimalis, hanya terdiri dari sepatu pinjaman, payung, buku-buku, notebook dan tea set, akhirnya kami bisa menggenapi hari ini dengan 300 lebih file foto. Mulai dari gaya sebrang genangan air, membaca buku, duduk di undak-undakan tangga, hujan-hujanan, main laptop, main tak umpet sampai kejar-kejaran layaknya film india kami lakoni. Tak urung ada kejadian lucu yang sempat kami alami saat Endri mengejar kami atau tengkurep demi mendapatkan gambar yang tidak biasa. Diselingi hujan deras tak terkira justru menambah semangat kami untuk menunjukkan aksi yang bertema hujan.

Ada hal yang menggelitik, ketika aku diceritakan oleh Che, katanya ia mendengar sepasang muda-mudi mengomentari aksi pemotretan yang kami lakukan. Menurut mereka, “lho pre wed kan diharamkan, kok masih ada ya yang melakukan,” Aku hanya manggut-manggut dan tertawa kecil. Kemudian mengatakan jika itu versinya siapa dulu dan konsep pre wed seperti apa, tokh pre wed bukankah tak perlu rapat-rapat, berpelukan dan adegan mesra lainnya. Semua bisa dibuat natural tanpa ada kesan vulgar. Yah berpulang lagi pada perspektif masing-masing memang, yang jelas kami punya cara pandang mengenai pre wed berbeda dengan mereka.

Setelah seharian jadi model dadakan saatnya kebingungan memilih gambar. Gimana enggak gambar yang jadi banyak sekali dan kami rasa cukup banyak juga yang cocok untuk desain undangan. Tapi kan lagi-lagi kami harus memilih, ga boleh borong memangnya mau buat album yang isinya foto-foto kami. Setelah diskusi panjang dengan pasangan dan teman-teman yang membantu terpilah nominasi foto yang kami berikan pada desainer grafis yang juga teman saya. Dengan konsep undangan, tema dan warna yang kami pilih, akhirnya kami mempercayakan eksekusinya pada seorang kawan (Putut) yang juga berprofesi sebagai desainer grafis.

Sekali lagi terima kasih buat bantuan kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar