Selasa, 20 April 2010

Cukup Hanya Sakinah, Mawadah, Warahmah?



Minggu ini menjelang dan sesudah hari yang sakral, akun facebook, email dan sms dibanjiri oleh tiga kata yang diucapkan oleh kerabat, kawan, saudara, bahkan kenalan. Mereka sepertinya kompak untuk tak luput membubuhkan tiga kata pada ucapan: Sakinah, Mawadah, Warahmah. See, tiga kata yang tentu juga tak asing lagi bagi kalian bukan?

Bahkan tiga kata itu juga sudah karib sejak kecil, saat saya menyaksikan sebuah momen pernikahan handai taulan atau kawan-kawan yang lebih dulu menemukan tambatan hati. Saya pun jadi ikut-ikutan latah turut menyertakan tiga kata dalam ucapan via kartu atau sms.

Wajar gak sih kalau akhirnya saya penasaran dengan kata itu, let see akhirnya saya mencari di mbah google hanya untuk memastikan makna sesungguhnya –bukan dugaan saya saja-

Sakinah. Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Menurut beberapa sumber yang saya baca sakinah inilah yang menyebabkan pernikahan disebut separo agama seseorang. Untuk mencapai sakinah seseorang kudu melangsungkan ijab Kabul terlebih dulu.

Mawadah. Secara filosofis, adanya dorongan batin yang kuat dalam diri sang pencinta untuk senantiasa berharap dan berusaha menghindarkan orang yang dicintainya dari segala hal yang buruk, dibenci dan menyakitinya. Mawaddah adalah kelapangan dada dan kehendak jiwa dari kehendak buruk. (berat banget yah tampaknya). Proses ini dialami dan dilalui setelah Sakinah untuk menuju Warahmah.

Warahmah. Berarti kelembutanhati dan perasaan empati yang mendorong seseorang melakukan kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi. Tujuan akhirnya, untuk mendapatkan rahmat dari Allah.

Menurut subjektif saya, analogi dan komparasi yang paling mudah bagi ketiganya ialah sebagai satu konteks atau kesatuan yang mempunyai makna masing-masing tapi selayaknya rangkaian proses yang tidak bisa dipisahkan. Ceileh kaya apa aja ga bisa dipisahkan, real?

Lebih mudahnya bisa digambarkan seperti ini: Sakinah ibarat startnya, Mawadah ibarat lintasan larinya, dan Warahmah adalah tujuan atau goalnya. Eits tapi bukan lomba lari sendiri-sendiri lho, kanudah berpasangan jadi ya otomatis ya lomba larinya juga berdua. Kalo saya mah ga mau lomba lari capek, secara saya kan gak seampuh dia larinya hiks

Kebayang ga sih guys and non, sepasang suami istri yang seperti gak ada kerjaan aja berlari di lintasan yang sama dengan kaki sebelah, atau kaya main lari bakiak yang saat jadul pernah kita maen pas 17-an di rumah.

Ada kayu bakiak untuk dua orang, tapi kita berjalan dan terkadang berlari dengan ritmw yang sama. Padahal kalo make sendiri juga susah banget, apalagi berdua. Berarti kita juga kudu menyamakan riotme biar salah satu gak jatuh dan terjungkal o wow ow. Bukan pekerjaan mudah….

Jika salah satu pihak mengatur ritme sedang pihak yang lain menyesuaikan. Persoalannya kan tidak bisa serta merta seseorang dengan mudah bisa mengimbangi parner, masing-masing pasti ingin mengerahkan kemampuan terbaiknya dan berharap sang pasangan pun percaya.

Mau tidak mau harus ada yang mengesampingkan egonya. Dan itu juga menjadi kendala terberat. Bagaimana mengatur dan diatur bukan soal menang-kalah/kuat-lemah/penjajah-dijajah tetapi lebih kepada sinkronisasi dan harmonisasi aksi untuk mencapai visi sertiap pasangan.

Pertanyaan selanjutnya ialah apa bagaimana cara mencapai sakinah, mawadah dan warahmah ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar