Selasa, 13 April 2010
Hua Mulan: Ketika Cewek Gak Bisa Melepas ‘Kecewek-annya”
Malam minggu gak harus diisi dengan hanging out yang ngabis-ngabisin isi kantong bukan? Ada banyak pilihan lho termasuk nonton film (yang ini juga gak harus di bioskop, meski ga nolak juga kalo ada yang ngajakin…ngarep.com).
Finally akhirnya gw memutuskan untuk nonton film Hua Mulan yang tersimpan rapi di folder notebook gw , hasil kompor maksudnya gara-gara ada yang manasin gini,” ngakunya suka wacana perempuan, nonton mulan aja gak ditonton-tonton”. Sempat kesindir juga sih apa iya tanggungjawabku sedemikian besar hiks…lebay pastinya harap diketahui kalo gw bukannya ga mau nonton, tapi nyesuaikan waktunya itu lho susye banget (ngeles dikit).
Oke pertunjukkan pun dimulai, awalnya gw masih kebayang yang versi animasi tapi setelah scene pertama dibuka ooo gw pun terpesona dengan kecantikan Hua Mulan yang diperankan sama Vicky Zhao dengan ciamiknya, sumpe keren banget. Selain gape main silat-silatan, bintang kelahiran China ini terlihat cantik sekaligus tegas.
Yup opening film besutan sutradara Jingle Ma Wei Dong ini dah jelas banget jika di setting China sekitar awal tahun 450 M, peran cewe masih amat sangat ‘tabu’ hal itu dibuktikan dengan kontribusi mereka dalam perang melawan kemerdekaan. Ckckck ternyata Indonesia masih selangkah lebih maju, meski diitung dengan jari tapi masih ada perempuan yang ikut perang.
Back to film, di tahun itu suku Rouran yang buas memulai sebuah ekspansi yang mengancam kedaulatan China. Rouran bahkan menyatakan ingin menaklukkan dan menguasai wilayah Wei yang memiliki bahan-bahan pembuat besi (metal). Besi tersebut digunakan untuk membuat senjata.
Untuk mengahadapi ancaman dari suku Rouran, China mulai melaksanakan wajib militer untuk semua yang dapat bertempur. Tersebutlah Hua Hu (Ayah Mulan), seorang tentara tua yang sudah lama keluar dari militer, memaksakan diri untuk mendaftarkan dirinya sebagai sikap pengabdian kepada negara Cina, padahal kondisi fisiknya yang sakit-sakitan sudah tak memungkiri lagi. Mulan tidak setuju melihat ayahnya yang sudah renta terjun ke medan perang.
Berbekal kecerdasan dan pengalaman ilmu bela diri, Mulan memutuskan untuk menggantikan ayahnya. Ia membuat ayahnya mabuk dan kemudian berpura-pura sebagai laki-laki agar dapat mendaftarkan diri sebagai tentara. Gw kagum banget ngeliat penorbanan Mulan meski kontras dengan keseharian Mulan menenun tapi tekadnya layak diacungi jempol.
Selama berhari-hari berlatih di bawah komandan Wentai , jati diri Mulan yang perempuan tidak pernah diketahui. Bahkan sampai Mulan diangkat menjadi pasukan khusus yang menyusup ke wilayah Rouran, tak seorang pun tahu, kecuali Siau Hu, adik sepupunya.
Setelah Mulan menjadi seorang pasukan khusus,pada suatu hari ketika pasukan sedang latihan ,tiba-tiba seorang pasukan menendang sebungkus permata ke sungai. Yang pada akhirnya semua pasukan digeledah bahkan ditelanjangi, untuk menemukan permata yang hilang. Tapi berhubung Mulan seorang wanita yang tidak mungkin ikut telanjang. Tak ada pilihan lain maka Mulan mengakui, meski bukan perbuatannya.
Wentai akhirnya tahu jati diri Mulan ketika melihat tangan Mulan yang tergores –bekas luka waktu ke-gap di pemandian air panas- Mulan kemudian mendapat hukuman mati dan dia dikurung, kedua tangannya diikat dan digantung. Tapi tiba-tiba Wentai membebaskannya, saat wilayahnya diserang. Namun Mulan bukannya melarikan diri. Dia malah membantu Wentai menjadi wakil komandan.
Mulailah drama percintaan yang gw nantikan, ups ini bener-bener touching abis. Mulan dan Wentai nampaknya saling jatuh cinta, tapi karena mereka pemimpin plus rahasia Mulan juga masih tersimpan rapat, gak mungkin mereka terang-terangan ngomong perasaan diikuti tarian bak film India. Emosi Mulan sebagai perempuan tampaknya mulai tergugah, dia rela meninggalkan pasukannya hanya demi datang mengetahui kondisi sang pujaan.
Kontan saja Wengtai geram dan menganggap Mulan egois karena mementingkan diri sendiri dibanding pasukannya yang banyak terbunuh. Dreeng babak drama queen pun dimulai…dengan airmata Mulan mengatkan bahwa ia tak bisa kehilangan Wengtai. Sekilas dada Wengtai pun tampak berdebar, namun dengan masih membelakangi sang gadis, Wengtai hanya diam seraya menahan lelehan airmatanya.
Wengtai pun cari akal agar perasaan ini tak terlarut dan membuat Mulan jadi tak fokus pada peperangan penting ini. Kebetulan kondisi Wengtai mendukung idenya. Dengan bantuan Siau Hu, mereka pun berhasil membuat skenario kematian Wengtai, agar Mulan bisa fokus memmpin pasukan mereka.
Alih-alih fokus, Mulan justru terpuruk pada kenyataan pahit manakala mengetahui pujaan hatinya pergi di medan perang. Ia menjadi sangat sensitif, banyak scene yang menampilkan keperempuanan Mulan yang rapuh karena masalah pribadi (oh no mengapa perempuan selalu digambarkan lemah seperti ini). Pasukan Mulan pun ikut-ikutan tidak semangat melihat sang jendral urun melatih. Akirnya usaha Siau Hu yang meyakinkan Mulan bahwa dengan atau tanpa Wengtai Mulan harus bangkit pun berhasil.
Ada Saat-saat yang biking gw gemes bukan kepalang ialah saat pasukan Mulan dan Wentai dikhianati oleh pimpinan mereka dan sebagai penebus akhirnya Wengtai rela meneyerahkan diri pada sang musuh yang kejam, putra mahkota yang rela membunuh ayahnya sendiri demi ambisi dan kekuasaan.
Bukan Mulan, kalau ia hanya berpangku tangan. Berbekal keinginan kuat dan pelepasan dari anak buahnya Mulan nekat memasuki daerah lawan dengan menyamar sebagai pembantu. Ia juga nekat melakukan negosiasi dengan Princess of Rouran –yang ternyata punya dendam juga kepada sang kakak-.
“Tapi bagaimana aku bisa lepas dari situasi ini, aku hanya seorang perempuan,” ujar sang princess (ini neh bagian dialog yang gak gw suka, emang kenapa gitu kalo perempuan? Jadi halangan mbak) *nonton scene ini jadi gemeees banget* Sang putri luar biasa terkejut saat mengetahui Mulan membongkar jati dirinya bila dia perempuan. Mereka pun bahu membahu menyusun siasat agar bisa membebaskan Wentai dan melumpuhkan sang diktator.
Oh its sad ending for me. Meski akhirnya bangsa Wei dab Rouran bisa berdamai, masih tak rela rasanya jika harus ditukar oleh kebahagiaan Wentai dan Mulan. Pernikahan sarat politik pun dilakukan agar kedua daerah semakin erat.
Mulan memilih kembali ke kampung halaman dan merawat ayahnya setelah berjuang selama 12 tahun. Ternyata ingatannya masih tertumbu pada Wentai. Bahkan saat Wentai mengunjunginya pun, Mulan masih tak kuasa menyembunyikan perasaan. Mereka pun berpisah…………
Overall, meski secara garis besar film ini ingin menunjukkan bahwa peperangan, apapun alasannya tak akan membuat segalanya jadi lebih baik, tapi tanpa perang juga mereka tak mungkin berubah dan belajar. Pun untuk urusan berperang membela tanah air yang dicintai, jenis kelamin bukanlah halangan. Sebab ternyata perang yang paling berat bukanlah melawan musuh, tetapi melawan keegoisan kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
saya juga nonton pilm tersebut tadi pagi jam.03. memang baik ceritanya untuk kebaikan negara atau bangsa maka seorang pahlawan tidak perlu mengejar jabatan (rela kembali merawat orang tua dan kehilangan cintanya sendiri), kalau kejadian itu benar ada, saya yakin ibu pertiwinya akan tersenyum bangga telah melahirkan anak seperti dia. tidak seperti muda mudi kita saat ini yang sering berteriak untuk kepentingan rakyat atau menjaga lingkungan atau apapun (yang sebenarnya hanya untuk kepentingan dirinya/ diperalat pihak lain ) yang akhirnya membuat bangsa dan negaranya dan rakyat makin susah. ah kok jadi emosi saya.
BalasHapus