

Judul di atas tidak bermaksud provokasi atau sejenisnya, tapi sungguh kenyataannya saya seperti sedang melahirkan anak pertama, ya ‘anak’ yang diberi tajuk “Jago Masak Kantong Hemat” ini merupakan sebuah karya yang kurang lebih 8 bulan proses kelahirannya. Memang bukan buku yang membuat dahi berkernyit atau malah yang melambungkan imajinasi.
Awalnya bermula dari celetukan ide karena merasa sebagai anak kost, saya kerap memutar ide agar bagaimana bisa makan dengan kantong cekak. Yah, makan di luar setiap hari untuk dua kali makan memang berat, kawan. Maka dari itulah saya usahakan tiap hari masak untuk dua kali makan.
Saya memang bukan pengusaha cathering apalagi chef andal, tapi berdasarkan pengalaman saya selama coba-coba masak, gak salah kan kalau saya mencoba menyajikan kreasi saya –yang biasa-biasa saja- dalam sebuah buku sederhana.
Prosesnya dimulai dari mengajukan ide biasa ini dalam sebuah obrolan ringan pada seorang kawan yang menjadi editor di sebuah penerbit ternama di Jogja. Tak menyangka kawan saya itu memberikan apresiasi lebih pada tema yang saya ajukan. Berkat dukungannya pula, saya coba memberanikan diri untuk membuat outline dan sesegera mungkin mengirimkannya, sekitar dua minggu.
Setelah dikirim, saya masih harus menunggu Acc dari redaksi, apakah outline yang saya ajukan ke penerbit layak untuk diterbitkan atau sebaliknya dikembalikan. Rasanya deg-deg-an juga begitu mengetahu kalau outline yang saya ajukan lolos dalam rapat redaksi penentuan tema.
Saya pun mulai menyiapkan amunisi untuk menyusun naskah lengkap, sekitar 60 resep baik yang sudah pernah saya coba atau yang sudah saya konsep. Kurang lebih sekitar satu bulan saya merampungkan resep karena dipotong berbagai aktivitas.
Bisa dibayangkan hampir setiap hari selama kurang lebih dua bulan saya memasak. Memang, sebelumnya sudah pernah saya masak, tetapi karena perlu dokumentasi jadi saya juga mesti memotret hasil masakan saya.
So, setelah saya hunting plate besar, saya pun mulai dari resep menu utama sampai resep sambal dengan dibantu teman kost.Foto-foto pun sedikit demi sedikit terkumpul tanpa terasa dan segera saya kirimkan pada penerbit. Saya pun menunggu proses cetak selama kurang lebih 4 bulan dan perjuangan itu kini berbuah manis. Bahwa ternyata semua butuh usaha dan kerja keras.
Inti dari buku ini selain menyajikan sampel resep masakan ialah memberikan semangat pada sebagian besar orang yang gemar jajan di luar daripada masak sendiri di rumah. Padahal, memasak sendiri makanan favorit bisa menjamin higienitas, kesehatan, maupun kehalalannya. Selain itu, bisa juga menghemat biaya. Mungkin hal itu tak disadari sebagian orang. Baru ketika kepentok pada masalah alokasi finansial yang mepet, mau tak mau harus jadi chef dadakan agar bisa berhemat.
Selamat Memasak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar