Minggu, 25 Juli 2010

jadi bude


Sabtu, 24 Juli 2010 tepatnya pukul 14.10, menjadi hari bersejarah buat Dwi Nur Avi, satu-satunya adik perempuanku. Setelah menunggu kurang lebih 9 bulan 7 hari akhirnya adikku itu merasakan perjuangan melahirkan seorang putra yang sehat dan menggemaskan dengan prosesi normal.

Sebagai kilas balik, Dwi dibawa ke klinik bersalin dekat rumah pada pukul 23.00, setelah menunggu pembukaan demi pembukaan barulah si dedek nongol dengan berat badan 3,3 kg. Dwi dan suaminya memberi nama Ilham Putra Sandipa. Ilham dari Yangkungnya, Putra dari Yangtinya dan Sandipa dari Eyang Yut Ayahnya.

Rasanya waktu cepat sekali berputar, dengan rentang usia seperempat abad adikku telah memiliki keturunan. Padahal masih terang dalam memoriku waktu dia nangis ketakutaan saat kami berkunjung ke kebun binatang kurang lebih 22 tahun yang lalu. Juga masih jelas terbayang saat Dwi menangis hebat akibat kebut-kebutan naik sepeda di depan rumah kontrakan Om Tato (karena ia bertato). Sampai sekarang bekas lukanya masih ada.

Belum lagi saat kami sering bertengkar untuk hal-hal yang sifatnya sepele, seperti rebutan barang. Ketika beranjak remaja pun aku masih ingat roman malu-malunya ketika ia jatuh cinta untuk pertama kali. Sampai hafal aku siapa saja gebetannya dan bagaimana lakunya ketika ia menelpon gebetannya di wartel dekat rumah (waktu itu belum ada HP).

Kalau mengingat itu semua, detik ini saya masih belum percaya jika seorang Dwi yang sangat saya kenal secara personal itu telah menyandang predikat istimewa sebagai Ibu. Bagi saya keputusannya untuk membina rumah tangga dengan seorang laki-laki special dalam hidupnya sungguh keputusan terbesar dari seorang Dwi. Sebab yang aku tahu, baru pertama kali ia menjalin hubungan secara serius dengan seorang laki-laki. Tapi aku salut dengan keberaniannya yang satu tingkat di atasku. Dan alhamdulillah, 4 bulan kemudian keluarga baru itu dilimpahi amanah sebagai orangtua.

Memandang wajah Ilham atau dipa (panggilan si dedek), saya seperti memandang wajah Dwi, bukan hanya hidung bangir yang mirip ibunya tapi juga guratan bibirnya yang sedang setengah mecucu (cemberut). Cara bobonya pun tak bisa disembunyikan kalau si dedek benar-benar mengadopsi gaya tidur ibunya. Saya kembali teringat waktu Dwi jengkel daan dongkol karena tingkah saya yang mungkin dianggap menyebalkan, ia selalu tak lupa memasang bibirnya yang mecucu.

Last, akhirnya secara otomatis saya pun punya panggilan baru: Bude yang dalam bahasa Indonesia berarti bibi. Itu tandanya saya semakin 'tua' yah :). Selamat ya my beloved sister atas kelahiran putra pertamanya. Semoga kelak ia menjadi anak yang cerdas, berbakti pada orangtua serta bangsanya, sholeh dan sehat selalu. Mengutip ucapan iseng seorang kawan "Wah kamu memang lahir lebih dulu, Ka tapi bukan melahirkan lebih dulu". Hahaha benar juga ya....

Keterangan foto: Ilham/dipa lagi bobo pake popok warna pink
foto diambil dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar