Senin, 26 Juli 2010

malam nifsu sya'ban dengan malam lain


Malam selasa waktu aku lagi mainan FB via handphone, aku mengamati list update status kawan-kawan yang ada di wall beranda. Hampir sebagian besar mereka update status ihwal malam istimewa yang dikenal dengan malam nifsu sya'ban.

Banyak ragamnya, antara lain: Keistimewaan malam nifsyu sya'ban yang setara dengan Lailatul Qadr, ada pula yang menyatakan kalau kita berdoa akan dikabulkan dan juga tertutupnya catatan kekhilafan kita. Sampai yang berhubungan dengan ritual ibadah juga tak lagi menjadi wilayah privat. Saya kok menangkapnya seolah pemilik akun tersebut ingin show up bahwa " ini lho saya rajin baca quran". Semoga hanya dugaan saya saja.

Saya pun coba mencari apa makna dari malam nifsyu sya'ban yang menjadikan 'umat' fb pada malam begitu mendadak 'religius', seolah hanya malam itu saja yang istimewa. Tentu saja saya meluncur ke mbah Google, ada beberapa sumber yang menyebutkan kalau merayakan berlebihan tidak sesuai dengan syariat.

Menurut informasi yang saya dapatkan, Nisfu artinya setengah atau seperdua, dan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari tahun Hijriyah. Nisfu Sya’ban secara harfiyah berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban. Tetapi wasilah atau keutamaan untuk memperingatinya pun masih kontroversi.

Ada hadist yang menjelaskan secara gamblang seperti "Maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah).

Namun terdapat pula hadist lain yang berbunyi "Wahai Ali, barang siapa yang melakukan sholat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, ia membaca setiap rakaat Al fatihah dan Qul huwallah ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya … dan seterusnya". Menurut penulis artikel tersebut belum pernah menemukan literatur hadist yang secara spesifik membahas malam nifsu sya'ban, sehingga untuk mengikuti masih dipertanyakan.

Jika masih debatable seperti itu, kita atau saya yang masih awam soal agama akhirnya bertanya-tanya, lantas apa keistimewaan malam nifsu sya'ban dibanding malam-malam lainnya. Yang jelas saya malah menyetrika baju :) meski sempat terkena euforianya. Setelah itu akhirnya saya tersadar, masa sih mengistimewakan spiritual kita terpatok pada malam-malam tertentu. Kenapa tak setiap hari adalah malam yang istimewa?

gambar dipinjam dari sini

2 komentar:

  1. Setuju. Keistimewahan ibadah, seperti waktu-waktu ibadah wajib dan sunnah, memang merupakan pilar agama. Sebab dengan semua inilah agama memiliki seperangkat hal yang dapat dipegang, diyakini, dan dijalani. Tetapi spiritualitas tetap tak sepenuhnya sama dengan laku ibadah tersebut. Sama atau tidak tergantung orang yang menjalaninya.

    Oleh sebab itu, ketika selesai Perang Badar, Nabi Muhammad sempat berkomentar: ini memang perang yang besar, tetapi ada yang jauh lebih besar dari semua ini, yaitu perang melawan hawa nafsu. Nabi tidak mengecilkan para pejuang Perang Badar, tetapi Nabi justru mengingatkan bahwa segala tindakan lahir mereka masih perlu ditimbang oleh tindakan batin.

    Oleh karena itu, daripada kita menimbang-nimbang keutamaan suatu ibadah, menurutku lebih baik kita menimbang-nimbang sejauh mana keikhlasan kita dalam menjalaninya.

    BalasHapus
  2. iya kunci paling utama dalam beribadah adalah ketulusan dan keikhlasan, seperti konsep Wen yang pernah ditulis di blog mas :)

    BalasHapus