Minggu, 08 Agustus 2010

hari ini ga' bebas bersuara?

Pagi ini, saya dikejutkan sebuah berita yang untuk kesekian kalinya mengenai kebebasan berpendapat via internet. Kasus menimpa dua siswi yang bersekolah di sebuah SMA di probolinggo bernama Rosdiana dan Mega Ayu yang menyuarakan pendapat mereka via facebook dan ternyata hal itu dianggap mencermarkan nama baik sekolah oleh pihak sekolah.

Kronologisnya seperti ini, seminggu lalu, Rosdiana dan Mega Ayu menanggapi status yang ditulis dua temannya, Devi Rizky serta Anissa. Mereka membicarakan soal pencurian helm dan perusakan sepeda motor yang kerap terjadi di sekolah mereka.

Hanya berselang beberapa hari, secara bertahap, Rosdiana, Mega Ayu, Devi Riski dan Anissa, mendapat panggilan dari pihak sekolah. Selain medapat teguran mereka juga langsung diberhentikan dari SMAN 2 tersebut. Menurut Rosdiana dan Mega Ayu, mereka sebenarnya bermaksud memprotes dan meminta pertanggungjawaban pihak sekolah atas lemahnya sistem keamanan di sekolah mereka. Sementara pihak sekolah yang belum bisa dimintai keterangan secara lengkap menuding bahwa kedua siswi itu, tidak saja memprotes tapi juga disertai kalimat2 yang kotor.

Rasanya masih terang dalam memori kita persoalah menyuarakan pendapat yang berakhir ironis, salah satunya tentu saja kasus Prita Mulyasari, seorang konsumen rumah sakit yang mneyuarakan keluhannya via email dan tersebar hingga diketahui rumah sakit. Sontak saja pihak rumah sakit yang merasa trecemar dengan aduan prita dan melaporkan kasus ini pada pihak yang berwenang.

Kali ini dengan media yang sama: internet dengan kasus yang berbeda. Kalau saya pribadi berpikir bahwa mengapa institusi sekolah yang mengajarkan kebebasan berpendapat justru melakukan pengekangan. Oke, mungkin kata-kata yang tertera di facebook dianggap terlalu berlebihan, namun itu tak kuat dijadikan alasan bahwa mereka dikeluarkan dari sekolah.

Sekolah sedianya punya mekanisme untuk menyelesaikan permasalahan yang menimpa internal sekolah, ada forum dialog, komunikasi timbal balik, hearing yang melibatkan mereka yang bermasalah. Saya kok mikir, mereka -siswi SMA- tak akan serta merta berani berpendapat jika memang fakta yang di lapangan tidak merugikan.

Lha sekarang kalau nulis koment atau status di facebook saja langsung dikeluarkan, apa kabar kebebasan demokrasi? Bisa-bisa mereka menjadi individu-individu yang pengecut yang hanya bisa mengekor peraturan dan kejadian yang merugikan mereka. Harusnya ini jadi pelajaran bagi pengajar di sekolah yang lain, agar tetap mengedepankan dialog interaktif bagi para siswa/i.

gambar diunduh dari link favorit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar