Kronologisnya seperti ini, seminggu lalu, Rosdiana dan Mega Ayu menanggapi status yang ditulis dua temannya, Devi Rizky serta Anissa. Mereka membicarakan soal pencurian helm dan perusakan sepeda motor yang kerap terjadi di sekolah mereka.
Rasanya masih terang dalam memori kita persoalah menyuarakan pendapat yang berakhir ironis, salah satunya tentu saja kasus Prita Mulyasari, seorang konsumen rumah sakit yang mneyuarakan keluhannya via email dan tersebar hingga diketahui rumah sakit. Sontak saja pihak rumah sakit yang merasa trecemar dengan aduan prita dan melaporkan kasus ini pada pihak yang berwenang.
Kali ini dengan media yang sama: internet dengan kasus yang berbeda. Kalau saya pribadi berpikir bahwa mengapa institusi sekolah yang mengajarkan kebebasan berpendapat justru melakukan pengekangan. Oke, mungkin kata-kata yang tertera di facebook dianggap terlalu berlebihan, namun itu tak kuat dijadikan alasan bahwa mereka dikeluarkan dari sekolah.
Sekolah sedianya punya mekanisme untuk menyelesaikan permasalahan yang menimpa internal sekolah, ada forum dialog, komunikasi timbal balik, hearing yang melibatkan mereka yang bermasalah. Saya kok mikir, mereka -siswi SMA- tak akan serta merta berani berpendapat jika memang fakta yang di lapangan tidak merugikan.
Lha sekarang kalau nulis koment atau status di facebook saja langsung dikeluarkan, apa kabar kebebasan demokrasi? Bisa-bisa mereka menjadi individu-individu yang pengecut yang hanya bisa mengekor peraturan dan kejadian yang merugikan mereka. Harusnya ini jadi pelajaran bagi pengajar di sekolah yang lain, agar tetap mengedepankan dialog interaktif bagi para siswa/i.
gambar diunduh dari link favorit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar