
9 hari sudah ramadhan dilalui tanpa terasa, selama itulah ada yang berbeda acapkali saya membuka laman jejaring sosial. Jika sebelumnya update status di beranda berisi curahan hati, aktivitas harian sampai situasi politik, ekonomi dan budaya, mendadak di bulan ramadhan menjadi lebih religius.
Hal itu bisa dibaca mulai dari sahur, menjelang berbuka dan sampai malam hari. Rata-rata tidak hanya berisi ungkapan doa dan pengharapan kepada Tuhan, tetapi juga aktivitas religius seputar ramadhan, tarawih, tahajud, dhuha, tadarus dan lainnya.
Mungkin sepintas saya usil atau berlebihan menanggapi fenomena musiman seperti itu, tapi saya juga punya alasan sendiri. Saya kok jadi melihat di beranda tak ubahnya semacam festival atau pameran beribadah, padahal setahu saya ibadah itu sifatnya personal dan bukan untuk konsumsi publik. Gimana ya, esensinya bisa berkurang gitu. (sory kalo rada sok tau)
Tapi, setelah saya lontarkan pendapat ini kepada suami, dia punya pendapat berbeda. Menurutnya, sejak dulu yang namanya agama tuh dekat dengan syiar, jadi ajaran agama memang sudah sepatutnya diketahui khalayak sebagai sarana dakwah. Kalau dulu syiarnya face to face atau ceramah publik, kini mengikuti perkembangan.
Karena sekarang lagi era maya, maka dakwah juga dengan sendirinya mengikuti trend yang lagi berkembang. Termasuk via jejaring sosial, dianggap bisa merepresentasikan pesan yang dimaksud karena pasti banyak yang membaca. Jadi tidak harus mengajak secara vulgar memang.
Oke, saya pikir kalau dipandang dari segi syiarnya, saya sepakat bahwa sebagai umat beragama salah satu yang penting dilakukan ialah menyampaikan sesuatu, meski cuma satu ayat katakanlah. Misalnya, seseorang itu mengutip ayat Al-Qur'an atau para perawi hadist, saya masih menganggap itu bagian dari syar'i dan syiar.
Nah, yang membuat saya bingung kan, doa-doa dilantunkan seolah jejaring sosial ialah Ia yang sedang diminta mengabulkan harapan2nya. Misalnya, Ya Tuhan, berilah saya bla bla bla. Padahal yang namanya berdoa, setahu yang saya yakini sifatnya personal, alias hanya si pendoa dan Tuhan-lah yang tau, bukan untuk diumbar2 seolah ingin mengatakan "hey saya lagi doa lho, minta ini itu sama Tuhan"
Well, mungkin kalimat di atas banyak yang gak sepakat, but is just my voice. Saya hanya menyayangkan saja, tokh bukankah doa lebih terasa sakralitasnya kalau dilakukan sendiri, kita bebas memohon apa yang kita inginkan buat kehidupan yang lebih baik.
gambar diambil dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar