
09-01-10
Tuhan, cobaan apa yang Kau berikan padaku. Semua terjadi tanpa ada yang bisa menebaknya, hanya Engkaulah Sang Maha Tahu segala apa yang ada di bumi. Perjalananku menuju salah satu fase baru kehidupan disusupi perasaan bimbang karena susahnya menghubungi rumah. Sepanjang jalan aku mencoba untuk tenang. Ketika perjalanan menuju rumah, terjawablah sudah apa yang membuatku sedikit penasaran.
Yah, Bapak mengatakan kalau Ibu jatuh menyerempet trotoar waktu pulang bekerja semalam. Ya Allah aku sangat terkejut atas musibah yang tengah menimpa sosok yang aku kasihi. Aku sempat mengatakan pada Bapak, mengapa tak selekasnya mengabari. Bapak berkilah tak ingin membuatku cemas selama perjalanan ke rumah.
Aku hanya tergugu, mengapa semua tejadi secara kebetulan. Hari pas ibu ulang tahun dan 1 hari menjelang acara keluarga yang akan digelar besok, yah acara yang penting bagi kami. Aku tak mau egois, tapi Ibu meyakinkan bahwa acara tetap berjalan hanya saja Ibu tak bisa membantu sepenuhnya. Duh Gusti, betapa Ibu masih mikirin saya padahal kondisinya lagi sakit, aku tak bisa ngomong apa-apa yang jelas aku terpukul sekali dengan kejadian ini.
Yang ada dalam pikiranku ialah agar ibu lekas sembuh, acara besok akan tetap berjalan dengan persiapan sederhana. Ya Allah, semoga yang terjadi hari ini dapat diambil hikmahnya. Ibu lebih berhati-hati dalam mengendarai motor dan Bapak lebih banyak di rumah karena untuk sementara Bapak yang mengurus kerjaan rumah dan tentu saja pemulihan Ibu. Buat kekasihku, terima kasih untuk pengertiannya, semoga acara besok meski sangat sederhana tetapi tetap bernilai buat kita semua.
10-01-10
Semuanya seperti didesak waktu, ketika sebuah sms masuk yang menyatakan kalau kamu dan perwakilan keluarga besarmu akan segera mengunjungi sekitar jam 10.00. Padahal persiapan belum lagi usai, aku pun belum mematut diri di cermin untuk berhias. Semua seperti melesat cepat, aku tak lagi hirau pada jam dinding yang terus berdetak. Nafasku baru berjeda ketika kamu menghubungi dan mengatakan kemungkinan sampai rumahmu selepas azan zuhur.
Tepat pukul 13.00, rombongan keluargamu akhirnya menginjakkan kakinya di pelataran rumahku yang sederhana. Ada sekitar 11 orang kalau tak salah aku mencoba mengingatnya. Ada kakak pertamamu berserta istri dan kedua putrinya, ada bude dan pademu, adik bungsumu dengan istri yang baru dinikahinya sebulan lalu juga mertua adikmu. Mereka membawa bingkisan yang tak terduga sebelumnya, begitu indah.
Seketika aku merasa dadaku berdegup kencang, belum pernah aku merasakan tak dapat menguasai jantungku. Sebelum bertemu denganmu dan keluargamu aku bahkan sempat bercakap dengan cermin. Ada apa denganku, mengapa aku demikian canggung dengan prosesi ini, tolong Tuhan jika ini akan jadi kenyataan tolong mudahkanlah jalannya. Semoga acara hari berjalan lancar dan berkenan buatmu serta keluargamu.
Acara dibantu oleh tokoh masyarakat, semua mengalir seperti air seolah tak ada lagi jarak yang berada di tengah, padahal itulah pertemuan perdana antara keluargamu dann keluargaku, bertemunya dua latar belakang yang berbeda tepat di titik perjumpaan kita.
Yah, aku menyaksikan sendiri, tanpa diwakili bagaimana kamu mengutarakan maksudmu dengan bahasa yang indah. Meminang, yah kau berujar ingin meminangku dan sebagai tanda keseriusan maka kau mengajak keluargamu sebagai saksi momen indah itu. Sejurus kemudian sang pemimpin acara pun menanyakan apa jawabku. Aku sempat tertegun tak sempat berucap apapun, apa mungkin karena luapan bahagia yang terlalu, sampai om yang duduk di sebelah saya menyikut tangan. “ Ya saya terima” hanya kata itu yang bersemayam dibenakku.
Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar, dua keluarga sudah dipertemukan. Dengan prosesi ini tak serta merta kami menjadi pasangan yang selalu damai, pasti akan ada suatu masalah yang terus akan menjadi kerikil di perjalanan cinta kami. Dan momen ini akan menjadi pengingat -selain cincin tersemat- jika cinta kami harus terus diperjuangkan bersama dengan harapan kami.
gambar diambil dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar