
Alhamdulillah, di tempat kerja saya yang baru 7-8 bulan ke depan akan banyak wajah-wajah bahagia karena dikaruniai sang buah hati. Ya, beberapa rekan saya tengah menjalani fase sebagai seorang ibu dan ayah. Ada yang baru kali pertama ada pula yang lebih, anugrah itu tentu saja menyenangkan bagi siapa pun yang mendengar.
Begitu pun dengan saya, yang masih punya label pengantin baru, eh dah lama kali ya kan dah mau jalan 4 bulan, masa mau baru terus hehe. Exactly, pertanyaan yang paling sering diajukan tiap ketemu kawan secara nyata maupun di dunia nyata, saudara atau pas ditelpon orangtua ialah:
"Gimana dah isi belum?"
Biasanya saya hanya tersenyum dan paling banter jawab, iya dah isi sarapan tadi pagi. klise banget ga sih.
Saya pikir, wajar saja lha wong saya ini perempuan bersuami, pasti bakal dicecar pertanyaan macam itu. Saya anggap sebagai support agar saya makin siap menjadi seorang ibu kelak, karena menjadi ibu itu tak mudah, kalau menurut saya. Meski banyak orang beranggapan bahwa, menjadi ibu itu nature, dengan sendirinya.
Hey gak gitu juga kali, biar bagaimanapun juga saya punya anganan bagaimana merawat buah hati saya kelak, bahkan hal itu juga sudah mulai saya persiapkan sebelum saya melepas masa lajang. Memiliki anak, sama saja memiliki separuh dari hidup kita dan kita harus benar-benar bisa menjaga dari segi apapun. Kenyamanan dia tumbuh dan berkembang, ruang untuk bermain dan belajar dan paling utama perhatian dari kedua orangtua.
Siapapun orangtua inginkan buah hati mereka lebih baik dari kita, bukan sebaliknya. Tetapi bukan berarti saya mengamini seorang anak sama dengan orangtua, salah besar kalau gitu. Justru kita harus mendukung apapun pilihan hidup anak kita nantinya dan dengan bijak mendengarkan rasionalisasinya. Wah kok jadi jauh banget yah....
Kembali ke point awal, bahwa sekarang saya sedang belajar mempersiapkan diri menjadi seorang ibu, karena jujur saat ini saya masih egois dan saya gak ingin kalau nanti saya punya anak sifat egois saya masih membara. Makannya diperlukan proses yang tidak sederhana untuk memulainya. Belum lagi aktivitas yang menuntut saya untuk tidak setiap hari ada di rumah, tentu juga akan jadi persoalan jika dari sekarang tidak di-manage dengan baik.
Sepanjang itulah, jika nanti ada pertanyaan serupa lagi dari siapapun, saya makin siap menjawabnya dengan senyum, bahwa Tuhan pasti tau persis kapan seorang hambanya benar-benar siap untuk dititipi buah hati. Dan waktu itu Insya Allah akan datang. Amien.
gambar diunduh dari sini
pertanyaan saya di "kata pencerita" sudah jelas terjawab di postinganmu kali ini. hemmm....nasibnya sama denganku mba, pertanyaan favorit itu tepatnya pertanyaan 'latah'. pertanyaan yang bagi mereka tepat untuk mereka yg masih berstatus pengantin baru. gak di dunia maya, gak di kantor, gak di rumah, dan tempat2 dimana ada rekan yg mengetahui status kita. ajaib. namun itu reaksi perhatian mereka trhdp kita. untuk menjawab itu, sebenarnya aku males banget, pertanyaan gak kreatif, tapi atas dasar 'menghargai', aku jawab saja dengan kata-kata yang beragam tapi intinya sama. oke mba, smeoga kita cepat dapet momongan. kayaknya menyenangkan sekali melihat ada kembaran kecil kita memanggil2 'mama', menarik2 baju kita, trus ngikut kemana kita pergi, menangis hanya ingin diladeni, dll.
BalasHapusdear menjadi kosong
BalasHapuswah, makasih yah dah sempat mampir di blogku yang biasa ini....
pertanyaanmu gak lancang kok say, itu pertanyaan standar dan tiap pasangan suami istri pasti akan diberondong pertanyaan seperti itu, kalo aku dah punya momongan postingku gak kaya di atas dunk hehe
semangat ya, kabari kalo ada perkembangannya :)