Selasa, 18 Juni 2013

masak versus mood

Pernah merasakan gagal atau ada insiden saat memasak? pastilah sering banget ya kan. Daaan saya kerap mengalami, bahkan setiap hari ke dapur saja pasti pernah mengalami yang namanya kegagalan. Gemes itu pasti apalagi jika selintas dilihat bahannya mudah tetapi kenyataanya gak seindah yang di bayangkan. Nah, cerita-cerita kegagalan masak ini juga sampai menginspirasi seorang kawan, Gumi Ayla untuk membuat grup khusus klinik masakan gagal. Sudah bisa ditebak isinya seputar masakan plus foto masakan yang dianggap gagal baik dari segi rasa, harapan dan tampilan.

Nah, ceritanya kan saya mau buat kwetiaw homemade, mau nyetock karena si attar agaknya lagi "musuhan" sama yang namanya nasi. Doi kan suka yang namanya mie, dan rata-rata banyak anak menyukai mie karena bentuknya yang menarik. Semangat sudah terkumpul, resep sudah didapat dari Mak Inunk, teman di HHBF yang sekarang tinggal di Surabaya.

Si attar tampak gak sabaran waktu nemenin si emak garap si kwetiaw dari mula nimbang-nimbang tepung, nuang air panas sampai ngaduk dan mulai menggiling. Tapi apa yang terjadi adonan kwetiaw sama sekali gak mau tergiling semuanya nempel di rolling pinnya, aduuuh sudah sama sekali gak jadi apa, jangankan dipotong-potong, digiling saya sudah mbrudul -eh apa ya artinya-

Saya masih belum nyerah karena stock tepung juga masih oke, hanya perlu mengembalikan mood dan mencerna kenpa gagal, tanya-tanya juga sama mak inunk via bbm. Sambil nunggu saya main sama attar dan putar winamp. Beberapa jam kemudian mood membaik dan saya ke dapur lagi, masih dibantu sama attar. Melakukan langkah yang sama hanya lebih teliti dan with all my heart lah pokoknya.

Voilaaaa...gagal lagi :D saya hanya tersenyum2 kecil melihat adonan gagal untuk kedua kalinya.

Pada akhirnya saya mengamani sebuah potongan kalimat dalam novel Chiifon Cake karangan Karin Pradita, bahwa cooking is love. Nama boleh sama, tapi dicacah, ditumis, dibumbui dengan cara yang berbeda, dengan jumlah bahan yang berbeda, dengan pemasak yang berbeda, dengan perasaan yang berbeda akan mencipta rasa dan aroma baru yang pun benar-benar berbeda.

Dan suhu mak Inunk aku padamuuuu, kapan-kapan ajari aku privat buat kwetiaw yaa heuheu.

Di balik keputusasaan -halah lebay- si kwetiaw yang kedua kali gagal, aku lapar dan pengen ngemil jadilah mau eksekusi cilok resep dari mak zavy, sudah mantep deh kayaknya pakai seledri tambah keju. Ketika tiba saatnya ngerebus kok malah berubah jadi bubur, tanya punya tanya ternyata kebanyakan air saat nguleni, padahal sudah sesuai resep.

Naaah tampaknya ada saat dimana saya ga berada di zona nyaman saat di dapur. Lepas apron mematung di depan menunggu ayah pulang sama attar di teras sambil masak bubur cilok, sayang euy dibuang anggap aja makan kudapan gaya baru :P. Ehh si ayah pulang bawakan saya oleh-oleh, kali ini bukan makanan, tetapi buku. Iya buku, doi sering kasih buku bukan hal yang aneh lagi, tapi hari ini doi kasih buku masak. Iya buku resep masakannya Riena Primoro Martiana yang bertajuk 30 Resep Masakan Pilihan dari Dapoer Tempo Doeloe.

Ahhh mood ini kembali lagiii, siap2 geratakin dapur lagi dan semangat sampai paham kenapa saya gagal dan memformulasikan kegagalan sebagai langkah sebelum mendapatkan apa yang diinginkan :)

Thanks darl :*

Note: foto buku menyusul ya kabel data ketelingsut :P


Tidak ada komentar:

Posting Komentar