wajahnya saat minta nene'
Kami tahu, kau sedang berusaha nak, dan kami janji tak akan gelisah lagi, sebab semua hanya perkara waktu..kami lah yang sering tak sabar menunggunya.
Saat saya menulis kalimat di atas entah mengapa mata ini berkaca-kaca, beruntung attar dan ayah sudah pulas di peraduan hingga tak perlu melihat air mata yang tetiba mengapung di pelupuk mata. Iya sejak jam 20.00 tadi adalah masa-masa yang berat, bagaimana attar bisa bobo nyenyak tanpa pengantar nene' (baca: nenen, sebutan attar). Bagaimana tidak acapkali mau tidur adalah usahanya untuk bisa tidur tanpa dekapan saya, saat itu juga rekaman peristiwa momen menyusui begitu jelas terlihat.
Kami berdua (saya dan ayah) sudah saling sepakat untuk menjadikan Weaning with Love adalah masa-masa yang menyenangkan sekaligus dalam kenyataan "menyakitkan". Ya kalimat kedua itu terbaca seperti keadaan yang sakit, memang benar siapa yang tak sakit memutus jalinan yang sudah 2 tahunan selalu menjadi rutinitas. Mungkin saya terbaca sedang mendayu-dayu, namun bagi saya yang punya cerita tak menyenangkan seputar menyusui di awal-awal kehidupan attar tentulah teramat berat.
WWL Part 1
Pada ulang tahunnya yang menjelang 2 tahun, tepatnya 20 bulan kami sudah memulainya. Saat itu masih penuh tawa mungil, masih penuh gelak. Saya hanya ajak attar cerita-cerita sebagai pengantar tidur, bahkan saya sendiri masih gak konsisten menawarkan attar nene' saat ia mengantuk di malam hari, bobo di siang hari, ngelilir di tengah malam sampa bahkan bangun tidur. Terbaca kan alih alih punya niat yang indah namun di faktanya justru saya yang terbaca berat.
Si ayah jadi sering menemani attar jika hendak tidur, kemudian mulai belajar juga tidur sendiri di kamar agar tak secara langsung melihat bundanya. Lucunya tetep saja kalau tengah malam ngelilir, attar bangun dari tempat tidurnya menuju kamar tidur saya lalu grepe-grepe nene'nya. Ah kalau ingat itu saya suka tersenyum sendiri. Nene' oh nene' semakin dijauhkan justru semakin dicari.
WWL Part 2
Mulailah drama WWL yang menyisakan makna mendalam. Waktu itu attar sakit dan harus dirawat di rumah sakit karena mesti menjalani sekian perawatan. Otomatis kami mesti mengulang dari awal lagi tahapan sounding. Lagi sehat saja seorang anak pasti ingin selalu berada di tempat yang nyaman, terlebih sakit. Maka sudah bisa diduga jika selama proses menginap di RS sampai recovery attar nempel terus, dikit-dikit maunya nenen, bahkan gak hanya jelang tidur malam.
Butuh waktu sekitar nyaris 3 bulan untuk perlahan demi perlahan kembali ke situasi saat sebelum attar sakit. Karena sudah terlanjur nyaman dan enak, tentulah tidak mudah kalau tetiba harus dimulai lagi sounding WWL nya. Dalam masa-masa ini, kami bekerja sama untuk mengalihkan hasrat nene nya pada hal-hal yang menarik minatnya, misal dengan menggambar, membaca buku atau main kuda-kudaan
WWL Part 3
Yeay 2 tahun sudah usia attar, kalau menurut bahasa ibu-ibu di komunitas ASI sudah masuk S3 ASI dan sedang menuju masa WWL. Di sinilah the real usaha sangat dibutuhkan, jika yang tadinya saya begitu larut hendak melepaskan kini harus belajar meneguhkan hati agar kerja sama ini, terutama buat attar bisa benar-benar belajar untuk lepas dari nene'nya.
Sedikit banyak attar mulai paham sounding yang selama ini saya katakan padanya bahwa attar sudah besar sudah ulang tahun tidak nene' lagi, nenenya sudah disimpan buat adik bayi. Betapa bahagianya kami setidaknya meski belum benar-benar lepas seutuhnya tapi frekuensi sudah menunjukkan hasil. Yap buah dari proses yang kami jalani.
WWL Part 4
Saat ini usia attar 2 tahun 3 bulan, dalam proses ini mulai banyak yang menanyakan entah itu datang dari keluarga, tetangga dan teman-teman seperti ungkapan: " lho masih nenen", lho kok ndak disapih" dan masih banyak pertanyaan serupa lainnya. Saya hanya tersenyum sambil sejurus kemudian menjawab: " Iya nih masih nenen, ndak apa-apa semaunya attar saja". Harapannya sudah titik tapi siapa yang bsa mencegah tanggapan-tanggapan selanjutnya kan?
Saya gak ingin terpatok pada target ah pokoknya usia segini kudu lulus WWl, sambil berpikir jurus apa lagi ya yang akan saya pakai. Sebab sependek yang saya pahami, usia ini rawan, dalam arti attar mulai kritis mempertanyakan banyak hal. Termasuk pola komunikasi melalui sounding yang kerap kami bangun. Tak jarang kalimat sounding saya menjadi ajang bertanya attar. Semisal, nene' buat apa, buat attar begitu katanya. Atau dia sudah paham oh nene buat adik bayi, tapi tak sampai semenit langsung teriak keras: neneeee. Kalau sudah begitu siapa yang tahan untuk mengacuhkannya.
Dan yang paling touching bagi saya ya saat menjelang tidur malam, terkadang memang attar ndak minta tapi dia menatap saya, sendu kalau bahasa kerennya sekarang, galau. Tatapannya seperti seolah bertanya mana nene buatku, aku mau nene. Dan saya paham bagaimana menjawab, biasanya kalau sudah begitu saya menjawab dengan pelukan hangat sambil tiduran, atau empok-empok (menepukkan tangan ke paha) dan memijiti kakinya perlahan. Nah sambil memeluk itu biasanya saya memejam menahan air mata yang nyaris menganak sungai.
Well, Saya tak tahu akan ada berapa bagian lagi cerita tentang WWL yang bisa saya tuliskan, senyampang yang saya tahu saya ingin semua berjalan apa adanya, perlahan, mengalir tanpa tekanan dari dan bagi siapa-siapa.
Semoga kelak jika masa menyusui sudah berakhir dan attar sudah WWL benar-benar karena dia menyadarinya, kami ingin ini semua terjadi karena usahanya dan kami akan jadi saksi. Sebab usaha itu selalu ada di bening matanya, ia tak berkata melalui verbal tapi kami bisa melihatnya.
Buat yang tersayang, our lil attar
huhuhuhuuuu....
BalasHapusjadi ikutan menganak sungai maaakkk
*keingat dilepaskan oleh Shoji beberapa bulan lau :(