Selasa, 30 September 2014

Ngelmu Iku Kalakone Kanthi Laku, Ilmu Bagaimana Kita Berlaku


Pernah mendengar pepatah lawas Jawa yang berbunyi: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku? Di masyarakat Jawa sendiri pepatah itu terdengar begitu akrab dan bahkan secara tidak langsung menjadi bagian tak terpisahkan bagi kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya.

Bahwa ketika sesorang memiliki ilmu maka sudah jalannya untuk berlaku sesuai ilmu yang dimiliki dan ketika sudah sampai pada tahap melakukan maka selanjutnya adalah berbagi dengan orang lain.

Membincang ilmu sendiri, tentu ilmu yang dimaksud di sini tidak melulu ilmu yang hanya kita dapat di bangku pendidikan formal, karena jika hanya berpijak pada pendidikan formal maka ilmu yang di dapat bersumber dari satu sisi saja.

Sementara ilmu adalah segala hal yang kita dapatkan dan kita lakukan, dari mana pun muaranya. Meminjam ungkapan Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara: Alam menjadi guru yang mengajar manusia dan kemanusiaan menjadi buku bacaan. Sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari.

Dalam proses kehidupan kadang kita sudah nyaman dengan hanya satu bidang ilmu namun jalan tak karib dengan kita sehingga kita pada akhirnya memilih jalan lain, yang tanpa kita sadari jalan hidup yang telah membuat kita nyaman. Yang kelak tak bisa kita lepaskan karena sudah terlanjur mecintai.
Seperti halnya yang sedang saya alami, manakala jurusan pendidikan formal saya adalah ilmu pendidikan namun proses yang saya jalani melenceng dari harapan ketika saya memutuskan untuk masuk dalam dunia pendidikan. Proses yang saya jalani sesaat setelah saya masuk ke jurusan pendidikan justru membawa saya lebih meminati bidang penulisan.

Saya tetiba menemukan bahwa passion dan soul saya adalah menulis, saya mulai mencintai dan perlahan menegasikan kenyataan bahwa saya punya gelar pendidikan. Sampai pada muaranya saya masuk ke dunia kerja yang karib dengan tulis-menulis yaitu sebagai wartawan. 

Jujur sebagai manusia biasa, saya pernah merasa percuma karena dari awal tidak mengambil bidang tulis-menulis. Tapi lambat laun, proses mengajarkan saya untuk berdamai dengan diri sendiri, hingga mencapai pada satu titik, tak ada yang sia-sia dalam hidup ini semua pasti ada alasannya. Pun dengan ilmu yang sedang saya jalani saat ini, sebagai penulis freelance.

Bukan hanya cerita saya, tetapi beberapa teman yang ternyata juga mengalami jalan hidup tak jauh berbeda. Sebut saja teman saya A, dia memiliki latar belakang farmasi tapi sekarang ia tengah nyaman dengan usahanya sebagai pemilik online shop. Adapula seorang kawan yang berlatar belakang insinyur tetapi sekarang menggeluti dunia baking dan kerap merumuskan resep-resep yang banyak menjadi inspirasi orang lain.

Begitulah sejatinya ilmu mewujud tak selalu dengan apa yang pernah kita dapat atau apa yang pernah kita dengar di bangku pendidikan formal,  namun juga dari semua pennjuru mata angin yang mengajarkan kita banyak hal hingga akhirnya menuntun ke jalan yang membuat kita nyaman. Dan dengan kenyaman itu kita bisa lebih semangat dalam berkarya.

Ilmu bukan apa yang kita baca, tapi apa yang kita lakukan, kita rasakan, kita bandingkan, kita simpulkan. Justru pengayaan terletak dari jika kita bisa membandingkan, bukan apa yang melulu kita baca lantas kita terpukau untuk tergerak melakukan. Jadi bacaan itu sebagai pembanding dan pemerkaya atas apa yang kita lakukan. Melakukan dulu baru membandingkan, hidup melakukan terus menerus.

Seseorang itu adalah apa yang dilakukan, bukan apa yang diucapkan, dipublishkan dan lain-lain. Kamu adalah apa yang kamu lakukan. Kamu mendapatkan ilmu dari apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu baca, kamu lihat, atau kamu gembar-gemborkan. Banyak orang dinilai pintar bicara namun jika diminta melakukan sesuatu belum tentu bisa.Perilaku kita seolah merepresentasikan apa-apa yang kita dapatkan.

Pepatah klasik di atas hingga kini menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup saya. Saat semangat saya mulai surut, saat saya bernostalgia membayangkan akan jadi apa kalau saya tidak memilih jalan yang sekarang ini tengah berkelebatan.Saat itulah saya percaya bahwa apa yang saya jalani saat ini adalah gambaran dari ilmu yang pernah saya dapatkan. #cka


Tulisan ini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati




Tidak ada komentar:

Posting Komentar