Selasa, 29 November 2011
supermom & superdad
Kehidupan rumah tangga memang tak selalu manis seperti yang kita bayangkan, semuanya bisa berubah ketika janji ijab telah dilafalkan, kejadian yang tak terduga, ekpetasi pada keinginan untuk membangun RT yang ideal seringkali tak seiring seirama dengan dunia nyata yang sedang coba kita bangun.
Itu mengapa RT diisi oleh 2 orang (laki2 dan perempuan) yang sangat amat berbeda dari segi apapun, perempuan cenderung lebih mempunya karakter feminin dan halus (meski intonasi suara keras) tapi pasti memiliki hati yang lembut, gak tegaan dan bahkan cenderung irasional. Pun sebaliknya laki-laki memiliki karakter yang cenderung rasional, maskulin, dan satu sifat yang bikin kaum perempuan keki: jaimnya tinggi. Tapi bukan berarti mereka ga punya perasaan halus lho bun, kadang mereka ga tau bagaimana mengekspresikannya seperti kita kalau lagi sedih or emosional ga seperti kita yang bebas aja nangis kalo hati lagi gundah gulana.
Dengan perbedaan itulah diharapkan bisa saling mengisi, menopang, mendukung dalam susah maupun senang, atau kata lainnya kerja tim ibarat membangun rumah. jika yang satunya mengalami kejatuhan yang satunya menjadi sandaran pun seballiknya.
Tapi realita lagi2 belum tentu sesuai dengan harapan tersebut, berbekal karakter laki-laki di atas membuat beberapa suami (tidak semua isuami) memiliki mindset: "aku kan kepala rumah tangga, aku bekerja dan urusan domestik bukan jadi tanggungjawabku" tapi istri lah yang mengurusnya.
Helloo itu kan jadul banget kali mindset jaman Kartini, sekarang jaman sudah berubah, makin banyak perempuan yang memiliki peran ganda/multitasking, bekerja di luar rumah selain untuk membantu keuangan keluarga juga sebagai sarana aktualisasi diri, yang merupakan kebutuhan tertinggi manusia. Tapi bukan berarti mengindahkan pekerjaan rumah tangga, justru jika seorang perempuan mampu menjalankan keduanya, bagi saya gak ada kata lain selain: Salut.
Demikian juga peran laki-laki yang mulai banyak bergeser untuk memiliki mindset, sebagai kepala keluarga tugasku kan bukan hanya cari nafkah tapi bagaimanan cara membahagiakan keluarga (istri dan anak) yang tidak terukur dengan materi an sich. Kebahagiaan yang sifatnya menyenangkan hati, misalnya mau membantu istri dalam urusan rumah tangga dan merawat anak, semakin dapat nilai plus jika mau berbagi tugas bukan hanya karena kasian tapi karena sayang.
Jadi istilah supermom sudah ada pendampingya, superdad. Gak gampang lho mencari sosok superdad jaman sekarang. Suami dan ayah yang ideal bagi keluarga :).
Esensi dari tulisan ini tak hendak menjadikan kaum laki-laki sebagai “musuh” melainkan rekan atau teman yang bersama-sama bisa mengikis pandangan dan praktik patriarkhis yang masih mengakar kuat di masyarakat. Bukan pula hendak mengingkari apa yang secara biologis telah terlihat bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda. Akan tetapi dari segi karya, kompetensi dan kepantasan, tidak ada standar baku yang membedakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar