Rabu, 17 September 2008

Jane Austen: Cinta Adalah Kejujuran


Satu lagi penulis perempuan yang tidak pernah absen disebut dalam kancah novel klasik. Antara novel dan kisah hidupnya sama-sama menarik. Novelnya diangkat ke layar lebar lebih dari satu versi, mulai dimainkan oleh aktor Greer Garson dan Laurence Oliver sampai Matthew Macfadyen dan Keira Knightley yang fenomenal.

Jika ditelusuri, karya-karya pemilik nama lengkap Jane Candace Eleanor Austen ini sebagian besar merupakan campuran komedi keseharian dan pergaulan di zamannya, dan tentu saja dikemas dengan kisah romantis, termasuk usaha orang tua yang pada zamannya tengah sibuk memikirkan jodoh bagi anak mereka.
Dia adalah penulis yang mampu menggambarkan potret suram tokoh-tokohnya dengan hidup, diramu dengan kelucuan ironis, serta berbagai pesan moral yang terbungkus dengan apik. Tingkah laku konyol, kasih sayang, dan kebodohan dihadirkan silih berganti. Namun, tetap mempertahankan potret satir yang sudah menjadi ciri hampir di setiap karyanya.
Dari gaya bahasa, tak ada yang menyangkal bahwa Jane mampu mengukir setiap kata dengan halus namun tepat sasaran. Selain indah, Jane tak pernah mengumbar kata-kata tak berguna. Wajar bila ia menyebut diri sebagai penulis minimalis sampai mendapat gelar The Great Masters dalam novel-novel Inggris. Boleh dibilang, dialah penulis yang paham betul akan kemampuan bahasanya.
Selain Pride and Prejudice (1813), karya romantic Jane lainnya ialah sense and sensibility (1811), Mansfield Park (1814), dan Emma, Northanger Abbey, Persuasion (1818). Di balik ketenarannya ternyata Jane juga pernah membuat karya yang dianggap gagal. Sebagai ilustrasi film Pride and Prejudice bertutur perihal lima bersaudara: Jane Elizabeth, Mary, Kity dan Lydia Bennet. Hidup mereka yang damai berubah kacau akibat kedatangan pemuda kaya raya nan ganteng bernama Mr. Darcy.

Kisah Asmara yang Selalu Kandas
Siapa nyana Jane kecil yang malu, sudah menampakkan daya imajinatifnya sejak masa kanak-kanak. Jane adalah anak ke tujuh dari pasangan George Leigh dan Cassandra Leigh yang lahir tanggal 16 Desember 1775. Di usia belia, Jane sudah mulai menulis cerita anak-anak (1787). Kedua orangtuanya merupakan penggemar tulisan Jane, terutama sebuah puisi bertajuk Cowper. Tulisan Jane banyak dilahirkan dari hasil observasi keseharian keluarga dan teman-teman dekatnya, termasuk berbagai gosip yang mampir di telinga.
Jane sangat gemar membaca, baik buku serius maupun popular habis dilahapnya. Bayangkan saja, tahun 1801 koleksi buku perpustakaan ayahnya mencapai lebih dari 500 buku, sebagian merupakan pengarang favoritnya seperti Fielding dan Richardson. Beberapa karya Jane juga dipengaruhi oleh mereka. Meski kutubuku, Jane termasuk gadis yang senang menghadiri berbagai acara di luar rumah seperti pesta dansa. Pengalaman tersebut kemudian dituangkan pada awal-awal penulisannya.
Melalui pesta tersebut, Jane tampil menarik banyak pria sehingga hidup Jane tak pernah sepi dari hubungan asmara dengan para pemuda tampan. Jane dikabarkan pernah menjalin hubunga serius dengan saudara teman dekatnya, tapi tak lama kemudian putus. Sejak itu Jane kerap menyembunyikan kisah cintanya secara misterius pada kakaknya sampai tiada. Pernah ada pria yang hendak melamar, meski Jane tidak mencintainya tapi dia mau menikah. Keluarga pun jatuh iba pada Jane hingga tak ingin Jane menderita karena menikah dengan pria yang tidak dicintai, sampai akhirnya tidak jadi menikah.
Kreativitas Jane terhenti saat usianya memasuki 40 tahun (1816) akibat sakit. Hingga kini, belum dipastikan apa penyakit yang diderita Jane sebenarnya. Ada kabar yang mengatakan Jane kemungkinan menderita Addison’s Disease. Mengetahui kondisinya yang semakin lemah, Jane mempersiapkan surat wasiat, meninggalkan seluruh kekayaannya pada sang kakak. Jasadnya dikebumikan dekat Cathedral Winchester.
Kepergiannya membuka mata, karena novel-novel Jane merefleksikan dunia terutama Inggris di masa awal abad ke-18 yang secara langsung ia alami dan rasakan sendiri. Kisah dan ironi yang terkandung di dalam novelnya memberi sebuah ciri tersendiri yang membuat namanya tetap abadi hingga kini. (*)

Yup, kisah klasik memang tak lekang oleh zaman. Apapun kemasannya, alur cerita tetap evergreen sepanjang masa.

2 komentar:

  1. it's awesome, collections dari jane austn benar2 mengubah pola pikir dan termotivasi dalam menjalankan keseharian hidup, banyak pesan yang disampaikan dan berbobot...

    pandangan yang diciptakan jane sungguh menarik, sisi kreatif dari tiap koleksinya membuat kita selalu ingin membaca novelnya sepanjang hari..

    two thumbs up

    BalasHapus
  2. Tema percintaan yg ada dlm karya2 Jane membuat kaum hawa iri pada tokoh2 utama yang diciptakannya, untuk mendapatkan benar2 cinta sejati dalam hidup ini.

    BalasHapus