Rabu, 17 September 2008

Titik Es Dalam Hati


Di sebuah perusahaan rel kereta api ada seorang pegawai, namanya Nick. Dia sangat rajin bekerja dan sangat bertanggungjawab, tetapi dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya. Dia melihat dunia ini tanpa harapan apapun terhadap hidupnya. Dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan sama sekali.
Pada suatu hari semua karyawan bergegas untuk merayakan ulangtahun bos mereka. Semuanya pergi dengan cepat sekali. Tanpa sengaja Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dibetulkan.
Nick berteriak, memukul pintu dengan keras. Namun semua orang di kantor sudah pergimerayakan ulang tahun bosnya. Maka tidak ada yang mendengarnya. Tangannya sudah merah bengkak memukul pintu mobil itu. Suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tidak ada yang mempedulikannya. Akhirnya dia duduk di dalam sambil menghela nafas panjang.
Semakin dia berpikir, semakin dia merasa takut. Dalam hatinya dia berpikir. “Dalam mobil pengangkut es suhunya pasti di bawah nol derajat, kalau tidak segera keluar dari situ, pasti akan mati kedinginan.” Terpaksa dengan tangan yang gemetar, dia mencari secarik kertas dan sebuah pulpen disakunya lantas menulis surat wasiat.
Keesokan harinya, semua karyawan pun dating bekerja. Mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk ditolong, tetapi dia sudah tak bernyawa lagi.
Tetapi yang paling mereka kagetkan ialah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dibuka, dalam mobil yang besar itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mengherankan lagi adalah suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat. Tetapi Nick malah mati ‘kedinginan’! Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati karena titik es di dalam hatinya. Nick sudah menghakimi dirinya sebuah hukuman mati. Bagaimana dapat hidup terus? Percaya pada diri sendiri adalah sebuah perasaan hati.
Orang yang mempunyai rasa percaya diri tidak akan langsung putus asa begitu saja, dia tidak akan langsung berubah sedih terhadap keadaan hidupnya yang berjalan kurang lancar. Tanyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sering memutuskan bahwa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehingga kita kehilangan banyak kesempatan untuk menjadi sukses? Kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri?Untuk jadi lebih mengerti kehidupan ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar