Menginjakkan kaki di surga salak memang bukan yang pertama kali, tapi kemarin saat saya liputan ke Turi dan berkali-kali nyasar mencari target narasumber, saya dan rekan seperti tersesat di labirin pohon salak dan bingung mencari jalan keluar (jalan raya Turi-Pakem). Ternyata sampai di lokasi-Dusung Nganggring, Girikerto- narasumber yang saya tuju (peraih penghargaan Kalpataru karena berhasil memberdayakan Kelompok Taninya) sedang tidak berada di tempat. Yah memang salah saya yang tidak memiliki nomor kontaknya.
Daripada tidak mendapat hasil, tidak kurang akal saya pun lantas mengunjungi Desa Wisata Kembang Arum (wisata pendidikan) yang terletak kurang lebih 2 km dari Pasar Turi. Kembang Arum menyuguhkan nuansa desa yang sejuk dan bikin betah, karena selain masih alami di sana juga terdapat pancuran dan sungai kecil yang mengalir di area Kembang Arum. Gemericik anak sungai dan burung-burung yang berterbangan membuat alam pikir saya berhenti sejenak.
Setelah puas menikmati keindahan Kembang Arum, saya kembali melanjutkan perjalanan ke pusat pelatihan berbasis pengalaman Banyu Sumilir yang terletak di Purwobinangun, Pakem. Tapi bagi saya bukan itu yang membuat penasaran, melainkan di kawasan tersebut terdapat Pasar Perjuangan Sorowulan (Srowulan). Tadinya saya pikir di pasar itu didesain seperti zaman perjuangan, ternyata bukan. ^_^
Pasar Sorowulan dibangun untuk mengabadikan Sayuti Melik, pengetik naskah proklamasi yang lahir di desa Sorowulan. Secara historis, Pasar Sorowulan dibangun pada tahun 1921 dan selanjutnya memiliki berbagai fungsi, yaitu menjadi pasar Kasultanan, pasar Pemerintahan, cikal bakal Kecamatan Pakem, pasar Perjuangan (saat Clash II, pejabat dan pejuang mengungsi ke Sorowulan, pasar sebagai tempat sandi penyusunan strategi dan logistik), pasar budaya di mana kesenian rakyat tradisional dan religius digelar secara rutin.
Dikembangkannya kawasan Sorowulan merupakan keinginan dari masyarakat Sorowulan. Pasar Kasultanan Sorowulan memiliki nilai historis karena merupakan pasar Kasultanan yang didirikan Kraton Yogyakarta sebagai kembaran Pasar Ngasem Yogyakarta (Nantikan cerita Pasar Ngasem).
Pemkab Sleman dan masyarakat ingin menghidupkan kembali aktivitas di Pasar Sorowulan yang telah meredup pada tahun 60-an. Proses yang cukup panjang yang dilalui tersebut akhirnya terbayar setelah ada ‘kontrak’ dari masyarakat untuk membangun gerakan untuk menghidupkan kembali Pasar Sorowulan yang terakhir kali mengadakan Merti Dusun pada 1959.
Ke depan, warga dengan menggandeng berbagai pihak akan terus mengembangkan kawaan Sorowulan menjadi kawasan desa wisata yang memiliki segmen bagi masyarakat umum. Kawasan Pasar Sorowulan akan dihidupkan kembali antara lain dengan menyediakan fasilitas untuk tempat rekreasi seperti pendapa lesehan rumah makan tradisional, kolam pemancingan, kawasan pendidikan alam serta berbagai arena permainan.
Yah kalau semakin ramai kan masyarakat bisa belajar sejarahnya juga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar