Sepertinya Kota Yogyakarta, makin minim akan hadirnya ruang publik, terbukti lahan kosong meski tidak luas pun dimanfaatkan sebagai tempat wisata yang menarik. Pemandangan itu bisa kita temui saat melintasi rel kereta api Lempuyangan. Kebetulan saya cukup intens melintasi rel kereta api yang seringkali dilewati kereta api karena dekat dengan stasiun. Awalnya saya tidak memperhatikan keramaian yang berada tak jauh dari rel kereta api, tapi semakin lama keinginan untuk menyambanginya tak kuasa menahan.
Pernah saya mendengar ada idiom yang mengatakan jika mengunjungi Yogyakarta takkan lengkap apabila belum menjamahi ruang publiknya. Yang saya heran, meski di Yogyakarta sudah mempunyai ruang publik seperti di Alun-alun Utara, Boulevard UGM, Benteng Vrederburg, Taman Shopping, Monumen Serangan Umum Satu Maret dan Alun-alun Selatan. Tetapi nampaknya animo masyarakat untuk lebih banyak lagi menginginkan ruang publik tak bisa dipungkiri. Hal itu terlihat dari ramainya orang tua yang mengajak serta anak-anak mereka untuk sekadar nongkrong untuk menghabiskan sore dengan menyaksikan kereta api yang lalu lalang.
Mendengar riuh teriakan anak-anak menumpahkan ingatan saya akan masa lalu, dimana sejak kecil bahkan saya sudah sering naik kereta api. Dan karena itulah saya menyukai kereta api, meski kereta sedang tidak saya tumpangi, tetapi dengan melihat saja rasanya sudah senang sekali. Nah dengan banyaknya orang yang mengunjuni perlintasan kereta api tersebut, disusul pula dengan para pedagang yang melihat peluang besar di sana. Bagaimana tidak apapun jenis jualannya pasti laris manis tanjung kimpul dagangan laris uang kumpul.
Mulai dari angkringan, mie ayam bakso, sup buah, keripik singkong, tempura, sate, telur sampai buku dan mainan anak-anak kecil semua terlihat tak pernah sepi pembeli. Bahkan sampai ada yang rela mengantre untuk mendapatkan jajanan incaran. Sebagai pengalaman saya pernah merogoh kocek lebih dari Rp. 5000 untuk mencicipi sate dan telur dadar khas anak-anak yang digoreng kecil-kecil di penggorengan khusus.
Alangkah indahnya jika Pemkot menyadari akan munculnya tempat wisata dadakan ini. Pun dengan pihak Kereta Api Indonesia (KAI) yang juga mampu memberikan safety pada anak-anak dengan memagari sisi rel kereta api, sebab kalau tidak akan sangat mengkhwatirkan bagi anak-anak kalau tiba-tiba turun ke bawah dan langsung menuju rel. Selain itu juga rumput-rumput di kawasan rel juga baiknya dipangkas agar membuat nyaman pengunjung yang nongkrong.
Yup, untuk sekadar meredakan kepenatan setelah beraktivitas, tampaknya nongkrong di perlintasan Lempuyangan bisa jadi alternatif yang jadi pertimbangan. Kapan lagi wisata gratis gitu lho. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar