Jumat, 20 Februari 2009

Pilih Sendiri Sekolahmu!

Seperti yang kita ketahui pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan juga meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bentuk satuan pendidikan anak usia dini dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
Pertama Jalur pendidikan formal yang terdiri dari Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal (RA) yang dapat diikuti anak usia lima tahun keatas, Kedua, jalur pendidikan non formal terdiri dari Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Pendidikan Anak Usia Dini (PADU), Ketiga, jalur pendidikan informal merupakan pendidikan yang diselenggraakan di keluarga dan lingkungan. Keempat pendidikan dasar selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yaitu di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Kelima pendidikan menengah yang merupakan lanjutan pendidikan dasar terdiri dari pendidikan menengah umum dan kejuruan.
Melalui enam jenjang pendidikan tersebut, maka muncullah sebuah ‘jalan baru’ bagi masyarakat, yakni pendidikan alternatif. Bentuknya bisa beragam tergantung dari kebutuhan masyarakat. Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya bersifat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua atau keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.

Wacana pendidikan alternatif mulai dikenalkan oleh paedagogik Jerman yang bernama Forster sekitar Tahun 1869-1966. Bentuk pendidikan alternatif tertua yang dikelola masyarakat untuk masyarakat adalah Pesantren. Diperkirakan dimulai pada abad 15, kali pertama dikembangkan oleh Raden Rahmad alias Sunan Ampel. Kemudian muncul pesantren Giri oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.

Selain pesantren, Taman Siswa didirikan pada tahun 1922. Selain Taman Siswa, Mohammad Syafei membuka sekolah di Kayutaman. Sekolah dengan semboyan, “Carilah sendiri dan kerjakanlah sendiri”. Siswa diberi keterampilan untuk membuat
sendiri meja dan kursi yang digunakan bagi mereka belajar. Namun Belanda telah membumihanguskan sekolah tersebut.

Di era sekarang, pendidikan alternatif muncul seiring perkembangan zaman. Seperti misalnya pendidikan alternatif di pedalaman Jambi asuhan Butet Manurung, pendidikan anak jalanan di kolong jembatan sampai pendidikan di rumah atau yang sering kita sebut dengan homeschooling. Pilihan masyarakat untuk merambah ke pendidikan alternatif didasari oleh banyak hal diantaranya ialah faktor ekonomi, psikologi anak dan juga ketidakpercayaan atau apatisme masyarakat pada pendidikan formal yang disediakan pemerintah.

Yang jelas, munculnya pendidikan alternatif di daerah-daerah awalnya ingin memberikan pilihan pada masyarakat bahwa ada banyak jalan lain untuk menimba ilmu.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar