Jumat, 03 April 2009

Mawar

Oh bunga mawar kau idaman hati
Yang kupuja-puja selalu
Ingin hatiku oh memeluk dikau
Tapi apa daya tak sampai
Oh bunga nan rupawan
Rindu hati siang dan malam
(The Mercy’s)

Mulanya sejak kapan tiba-tiba aku begitu menggandrungi bunga mawar, aku tak begitu ingat. Yang pasti bukan setangkai atau buket mawar, melainkan rimbunan mawar dalam pot. Kira-kira di medio november, pohon mawar kecil sudah bertahta di depan kamar kostku. Seseorang memberiku pohon mawar lengkap dengan pot dan pupuknya sebagai hadiah ulangtahun. Waktu itu masih berupa kuncup, setelah kunanti selama satu minggu lebih akhirnya dua mawar berwarna merah bersemi oranye mekar dengan segar

Semakin semangat saja aku merawatnya. Sesuai info yang kudengar kalau mawar disiram sehari dua kali pagi dan sore. Karena keindahannya yang terpancar banyak teman-teman kost ikut merawatnya bahkan membeli. Sepertinya temanku itu terpengaruh oleh ucapanku. ”Membayangkan keluar dari kamar kost disambut dengan mekarnya mawar membuat semua masalah seperti hilang”.

Kebahagiaanku memandang mawar tak berlangsung lama, tiba-tiba saja ada belalang yang gemar sekali menyetubuhi mawarku. Bahkan menghabiskan daun-daun yang mulai menghijau pupus. Aku geram! Seumur hidupku baru kali ini aku merawat bunga, dan usahaku gagal. Suatu waktu aku menemukan mawarku tinggal batang. Tanpa pikir panjang segera kuberi pupuk NPK dan kupindah di depan kamar temanku yang jauh dari jangkauan belalang.

Beselang dua minggu kemudian, tanpa aku sangka ada kuncup yang mulai malu-malu menyembul. Aku pun yakin kalau mawarku bisa masih berbunga, rasanya seperti punya harapan baru. Beruntung waktu aku tugas di ibukota, temanku mau merawat bunga mawar kesayanganku. Dia juga mengabariku via sms kalau kuncupnya hampir mekar. Rasanya tak sabar untuk segera pulang.

Kenyataan memang tak seindah harapan, keinginanku yang menyeruak untuk segera menyaksikan bunga mawar raib sudah. Temanku memberitahu perlahan kalau kuncup mawar itu tak jadi berkembang, tapi malah jadi kering. Kembali aku merasa gagal, kemudian segera kupotong mawar dan daun yang layu. Entah mengapa aku masih begitu yakin kalau mawar itu akan tumbuh untuk kali ketiga. Aku masih menanti, bakal mawar itu menyambutku di keranuman pagi yang bestari.

Benar saja...akhirnya kuncup yang menjadi harapanku di tiap pagi menyembul diantara daun-daun yang belum lagi purna, masih kemerahan. Simpul senyum menghias bibirku.”Akh semoga ini pertanda kuncup itu tak marah padaku,” .Lama kunanti tak ada gejala perkembangan, kuncup itu terus mengatup. Sampai akhirnya entah mengapa daun-daun mulai berubah warna menjadi kecoklatan, kering dan perlahan jatuh. Apakah kuncup itu telah menipuku? Mengapa ia beri harapan palsu. Mengapa kuncup itu harus mati sebelum saatnya menyapa dunia. Apa aku tak berbakat merawat mawar. Aku berkabung, mawar itu senyatanya telah benar-benar mati, tak ada harapan hidup. Lama aku menyesali.

Namun, dari mawar aku belajar banyak hal, tentang kesabaran, kepercayaan, harapan penantian, kebahagian, kesediahan dan keyakinan. Aku jadi teringat seseorang yang mengatakan padaku kalau mencari bunga mawar janganlah gundah dengan urusan mawar itu akan mekar atau tidak. Hanya satu yang perlu diyakini jika daun itu subur, percayalah mawar pasti tumbuh meski tak ditandai oleh kuncup mungil. Dari kalimat itu kutangkap bahwa jika mencintai mawar cintailah seluruhnya, bukan hanya ketika sedang kuncup atau mekar. Sebab tidak hanya bunga, daun juga punya perlambang: harapan.

Setelah lewat masa berkabung, kini satu genap satu minggu aku memiliki mawar lagi. Kali ini ku tak mau terlalu berharap pada kuncupnya saja, tapi pada daun, tanah, median, pupuk, tangkai, udara, air dan juga percaya pada diriku sendiri kalau aku mampu menjadikan keseluruhan mawar menjadi indah. Mawarku berjenis mawar Candy atau Batik Kelir, dibeli di Jogja Argo Jalan Bantul. Pertama melihatnya ku langsung jatuh hati. Diramalkan dua atau tiga hari lagi kuncup segera mekar. Apapun kondisinya nanti, aku tetap mencintai mawarku.

Akh mawar. Banyak renungan, tamsil dan ibarat, pelajaran dan filosofis hidup yang bisa digali darinya. Jika demikian, masihkah kita menganggap bunga mawar sebagai ’sesuatu’ yang berarti bagi kehidupan manusia? Atau kita membiarkannya tumbuh tak terawat, hidup segan mati tak mau, kemudian layu, lekang, kering kerontang di perjalanan hidupnya? Atau sebaliknya, ia dirawat, dipelihara, dijaga, agar ia selalu memancarkan aura dan pesonanya demi kebahagiaan manusia.

Tak bisa dimungkiri, jika mawar telah menjadi bagian hidup bagi banyak orang mulai dari pelukis, petani, perangkai, penyemai, pengembang dan pedagang. Ia menjadi inspirasi bagi para desainer interior, desainer produk, desainer visual, dan desainer pakaian, desainer grafis, penyair, cerpenis, perupa, dan lainnya. Ia juga telah menjelma di kantung jas pesta, dekorasi pernikahan, ulangtahun, dukacita, tanda terima kasih, cinta membara. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar