Senin, 31 Agustus 2009

Kapan Yogyakarta Punya Taman


Kita sering mendengar orang menyebut kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Budaya. Segera kita akan menjumpai puluhan kampus, toko buku murah, keraton lengkap dengan tamansari dan alun-alunnya, benteng zaman VOC bernama Vredeburg, kota tua yang unik dan eksentrik bernama Kotagede dan masih banyak lagi yang lainnya. Tetapi saat kita letih, kepanasan, bercucuran keringat dan ingin mencari tempat bersantai yang sejuk dengan nuansa kehijauan serta gemerisik suara dedaunan yang menepis bising deru mesin kendaraan, mengapa sulit sekali menemukannya? Mengapa di kota ini tak terlihat taman kota yang dipenuhi pepohonan serta sarana berteduh dan bermain di dalamnya?

Ada beberapa hutan kota seperti di kampus UGM dan kebun binatang Gembiraloka, tetapi keduanya relatif tertutup dan terletak di pinggiran kota sehingga tidak mudah diakses secara bebas oleh warga kota. Sedangkan taman kota yang dulu pernah ada di depan SMPN II Yogyakarta sekitar tahun 1995 kini telah beralih fungsi menjadi lahan parkir. Pemerintah Kota Yogyakarta semestinya dapat belajar dari kota-kota lain yang telah membangun taman kota untuk kenyamanan warganya, semisal Taman Ayodia di Jakarta Selatan yang belum lama ini diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Taman Bungkul di Surabaya, Taman Keluarga Berencana di Semarang, Taman Cilaki di Bandung, dan Taman Sekartaji di Solo.

Memang belum lama ini Wali Kota Yogyakarta Herry Zuhdianto sedang mulai mencari formulasi untuk membuat taman kota yang punya jiwa, karena menurutnya tata ruang sebuah kota turut memengaruhi suasana jiwa penghuninya. Tapi impian tersebut masih dalam tahap rencana dan masih menunggu waktu kapan akan segera direalisasikan. Pada hari Rabu (27/5) lalu mahasiswa jurusan Arsitektur Universitas Gajah Mada mempresentasikan karya mereka di hadapan walikota, seluruh rancangan mahasiswa ini treinspirasi dari kunjungan mereka ke Malaysia dan Singapura dalam kegiatan Kuliah Kerja Arsitektur (KKA).

Adapun tiga titik wilayah yang akan disulap menjadi taman ialah lahan bekas Terminal Terban, lahan di kawasan dekat restoran siap saji (Sudirman) dan lahan kosong di Jalan Mangkubumi. Semua peserta secara garis besar memiliki konsep bahwa kelak taman yang mereka rancang bisa diakses oleh semua warga. Mereka menambahkan fasilitas seperti food court, hall pameran, galeri seni, ruang bagi pedagang kaki lima dan area parkir bawah tanah.

Tetapi agaknya Herry berharap muncul aksen-aksen Yogyakarta dalam setiap rancangan dan ia pun mempertanyakan keberadaan area parkir bawah tanah padahal sebaliKnya ia ingin membersihkan taman-taman dari kendaraan bermotor. Yang jelas roh suatu kawasan bisa diangkat dengan membuat rancangan yang sesuai karakter kawasan tertentu. Pertanyaan selanjutnya ialah kapan warga Yogyakarta dapat menikmatinya? Apalagi musim panas di Yogyakarta menuntut pembangunan taman dengan segera.

Taman Tak Sekadar Indah
Fungsi taman kota tak sekadar menjadi paru-paru tetapi juga dapat menjadi perhiasan sekaligus tempat rekreasi gratis yang mempercantik dan menyehatkan fisik dan psikis warga kota. Taman kota merupakan wahana guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup kota mulai dari memberikan ruang interaksi yang sehat dan murah bagi warga, penjaga dan pengatur iklim mikro di seputar kota, menyerap zat-zat beracun di udara akibat pembakaran dan asap kendaraan bermotor, dan menjaga kandungan air tanah.

Keberadaan taman kota tak perlu memakan lahan yang terlalu luas seperti Alun-alun Utara tetapi cukup seperempatnya saja dan ditempatkan di beberapa titik strategis di pusat kota. Konsepnya sebagai taman juga harus dibedakan dengan hutan kota. Komposisi jumlah pohon, lahan rumput, tanaman hias, sarana bersantai, bermain, dan berolahraga harus seimbang. Harus dibayangkan taman kota sebagai tempat yang ideal untuk berkumpulnya warga kota dari segala usia dan lapisan sosial.

Sebagai wahana yang bertujuan meningkatkan kesehatan fisik dan psikis warga kota, kebersihan dan kenyamanan perlu menjadi perhatian utama dalam pengelolaan taman kota. Yang perlu disadari adalah upaya menciptakan tempat yang bersih dan nyaman tak harus dari inisiatif Pemkot saja tetapi para pengunjung juga harus dilibatkan.

Penyadaran tentang pentingnya lingkungan yang bersih dapat di lakukan secara maksimal di sini. Himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya dapat secara terus-menerus dilakukan sampai timbul kesadaran, tentunya juga disertai dengan penempatan tempat sampah yang sesuai kebutuhan. Tempat sampah-tempat sampah tersebut juga dapat dikemas dengan cantik dan menarik sehingga tidak terkesan kumuh dan jorok. Keberhasilan warga menjaga kebersihan taman kota dapat menjadi salah satu indikasi kesehatan psikis mereka.

Dapat dibayangkan seandainya Yogyakarta memiliki beberapa taman kota yang rimbun, indah serta bersih yang dilengkapi dengan area jogging track, hot spot, perpustakaan, ayunan dan prosotan, bangku-bangku dengan sandaran yang nyaman, toilet, tempat sampah lucu, dan kafetaria tentu akan semakin tampak terpelajar dan berbudaya. Kenapa tidak? Dengan taman kota kita pastikan Yogyakarta selalu berhati nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar