Minggu, 15 November 2009
Semangat Diskusi Pertama Gender Institute: Dari Psikologi ke Seks
Setelah melalui proses panjang (perdebatan pembicara, tempat dan tentu saja gosip ria), akhirnya hari ini (Jumat 13/11/09) berlangsung juga diskusi perdana sekaligus soft launching “Gender Institute” di LPM EKSPRESI Student Centre. Diskusi yang tentu saja ‘bernafas’ gender ini dimeriahkan oleh dua pemateri hebat.
Materi pertama ialah Teori Psikologi Laki-laki dan perempuan yang disampaikan oleh Dosen UNY, Ibu Pratiwi. Tapi, karena daya datang telat jadi tidak bisa menghadiri sejak awal. Yang jelas poin penting yang dapat saya tangkap –dengan keterbatasan- dari diskusi itu ialah bagaimana sikap atau attitude manusia dipengaruhi oleh factor psikologis yang dominan muncul. Dari kajian psikologis, saya memandang bahwa laki-laki dan perempuan berbeda karena pada dasarnya mereka berbeda anatomis biologisnya. Selain itu, fakta juga menunjukkan bahwa biasanya anak-anak beridentifikasi secara dengan orangtua mereka yang sama jenisnya, dan identifikasi itu merupakan kekuatan penting dalam perkembangan gender.
Menginjak materi kedua bertajuk Pengantar Gender yang disusung oleh Mbak Pusvyta Sari, aktivis LKiS dan sudah seringkali memberikan pelatihan pada remaja-remaja. Materi kedua berjalan cukup interaktif karena peserta diminta berperan aktif dalam diskusi. Dimulai dari penggambaran pohon keluarga dan menganalisis contoh kasus dalam keluarga yang berkaitan dengan gender. Ternyata dari situ timbul banyak sekali masalah, mulai dari anggota keluarga perempuan dominan, perempuan tak berhak mengambil keputusan sampai pada konsep poligami.
Terkadang kita sering bias memaknai perbedaan antara gender dan seks, namun dari contoh-contoh yang dipaparkan oleh pembicara, peserta bisa memetakan perbedaan yang cukup signifikan. Ketika membicarakan segi biologis, anatomis dan jenis kelamin, maka itulah makna dari seks. Sementara jika bersinggungan dengan pelabelan dan konstruksi sosial yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan, maka disebut gender (maskulinitas dan feminitas).
Tidak disangka materi pengantar gender disambut antusias oleh para peserta, hal itu terbukti dengan meluncurnya banyak pertanyaan dan rasa penasaran mereka. Bahkan setelah sesi materi selesai masih ada yang secara personal berdiskusi dengan pembicara.
Last but not least, two thumbs up buat fungsionaris GI yang terdiri dari Ibu Presiden (Kartika Amalia) beserta para menterinya (Prima Sulistya, Dian D Anisa, Siti Munazillah) yang sudah repot-repot menyelenggarakan diskusi pra wacana itu. Ke depan, semoga bisa konsisten dan kontinyu untuk menggelar forum diskusi yang berisikan materi-materi beragam dan tentu saja sejalan dengan visi misi GI.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar