Senin, 10 Mei 2010

Jenk Fen!


Mungkin kamu masih menyimpan surat ‘perpisahan’ dariku dan bingkisan mug dari kami, mungkin juga tidak, karena raib entah kemana. Tak usah dijawab sebab ini bukan pertanyaan yang memerlukan jawaban. Masuki bulan kelima ini, aku hanya ingin berkisah tentang sepenggal memori 1 tahun lalu. That’s it.

Bermula dari kegelisahan tentang masa depan kita, yah rasanya pembicaraan perihal masa depan bukanlah topik sederhana yang mampir saat kita share di ruangan 2 x 3 itu. Meski ada sekat meja dan jari-jari tetap menari di tuts, kita kerap bicara.
Bagaimana masa depan kita, sudah punyakah kita tabungan atau barangkali investasi, pengeluaran-pengeluran yang kadang tak tahu raib kemana. Bahkan pula rencana-rencana karir ke depan yang mampu membuat kita lebih eksis lagi. Rencana hangout atau jalan-jalan di hari libur.

Ah aku tak ingin review soal persekawanan dan awal kita menjalin hubungan kerja, karena aku pikir itu semua sudah tuntas di 3 carik kertas yang kuberikan sehari sebelum keberangkatanku ke Tangerang –menghadiri ucapan pernikahan- dan 2 hari menjelang kepindahanmu dari kantor lama menuju kantor baru, yah harapan baru tentunya.

Pertama kali aku masuk kembali, setelah cuti sekitar hampir dua minggu, jujur aku kaget tidak mendapatimu lagi, tak ada kamu yang sering berkomentar tentang penampilanku, apa yang kupakai bahkan sekadar bertanya kabar. Right, aku kehilangan itu semua kawan, nyaris tak berbekas.

Aktivitasku kala itu benar-benar semu, tak ada lagi liputan bareng dan senda gurau yang mampir di telingaku. Kamu yang berbekal guyonan dan selalu ngece aku, bahkan letika ada rekan kantor yang iseng mengganggu, kamu selalu ambil bagian ngeledekin.
Tak hanya itu obrolan kita juga jerap diisi dengan diskusi isu-isi terbaru tentang pendidikan dan politik bahkan isu yang paling sensitif yaitu keyakinan. Kita sering dialog tentang keyakinan yang kita anut masing-masing dan itu yang membuat aku punya perspektif beda soal kamu. Yah, itu yang buat hari-hariku ramai dan tak sabar menyongsong hari esok.

Seperti janjiku di notesku buat Endri, bahwa akan ada tulisan buat kamu. Bukan..bukan ini bukan curahan hati kesedihan dan gulana. Justru tulisan ini berfungsi sebagai ‘obat’ manakala sampai titik ini aku sadar bahwa susah benar mencari sahabat sepertimu. (ups jangan GR lho)

Kita memang akhirnya masih berhubungan kawan, via pekerjaan baru dan obrolan sesekali sepulang bekerja, saat kamu ulang tahun dan terakhir saat syukuran pernikahanku. Rasanya memang semakin mahal mencari waktu untuk sekadar ketemu. Ragam dan padatnya aktivitas kamu dan aku, semakin melebarkan jarak. Jangankan bertukar cerita personal, bertukar kabar pun belum tentu kita lakukan. Meski sudah ada jejaring FB, tetap saja kamu pelit update status, jadi aku benar-benar sulit dapat kabarmu.

Sampai di suatu pertemuan, sebelum pernikahan, ceritamu seolah akumulasi tentang hal indah dan sebaliknya yang kamu alami. Sayangnya aku tak banyak tahu soal itu, mungkin karena aku yang tidak peka atas perkembanganmu (ceilah kaya apa aja). Yang jelas aku merasa datang di saat yang tidak tepat atau malah saat yang tepat, aku tak tahu.

Well, sama sepeti harapanku buat yang lain. Aku pun berharap, kamu semakin produktif bekerja dan berkarya. Yah, jangan lupa berkarya, bukankah kamu pernah bilang kalau ingin membuat buku cerita anak, keinginan itu masih ada kan? Aku tunggu kabar baik darimu. Salam

Sekip, 11 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar