Senin, 02 September 2013

Attar menyebutnya “air mancur” (cerita TT)



Satu per satu tahapan tumbuh kembang attar mulai kami antar. Setiap tahapan punya cerita masing-masing, unik, khas dan tentu saja selalu buat kangen. Tahapan yang kerapkali membuat drama adalah Toilet Training atau TT yang lazim dikenal di kalangan dunia tumbang anak-anak. Dan, saya pun mengamini bahwa proses TT merupakan salah satu proses yang membuat emosi sekaligus fisik kami terkuras.

Tapi jika suatu ketika kita menemukan si anak dengan tanpa bebannya berjalan atau bahkan berlari menuju kamar mandi, lalu melepas celana untuk pipis, byaaar segala rasa dramatis hilang, pupus berganti dengan rasa sukacita yang menyenangkan.

Demikian juga cerita proses TT attar. Kami memulainya cukup jauh dari usia 1 tahun, tepatnya usia 18 bulan hihihi lama ya, memang sengaja. Kami bertimbang bahwa usia 18 bulan menurut sejumlah cerita yang kami baca adalah masa-masa dimana anak sudah mulai belajar mengontrol hasrat pipisnya. Tapiii itu kan teorinya ya, kenyataannya tidaklah semudah membaca teori bukan.

Masa-masa TT attar mulai kami sounding setiap mau bobo malam atau siang, bahasanya sederhana saja, seperti ayo anak pintar sudah mau jadi anak gede nih kalau pipis di kamar mandi ya, sudah seringnya itu saja tapi lumayan sering di sounding. Selain itu juga pakai cara bercerita kalau mau tidur, biasanya saya suka cerita pangeran kecil yang ada di aquarium yang pipis mengeluarkan air mancur.

Yess, cerita saya mulai mengena karena attar sudah mulai paham kalau dirinya pipis maka seperti mengeluarkan air mancur, dan dia sangat amazed dengan air mancur meski itu berasal dari pipisnya hehehe. Beberapa hari efektif untuk menstimulus attar ke kamar mandi untuk pipis, sambil ketawa-ketawa bilang: ain ancun undaaa ain ancun.

Meski demikian masih sangat sering kebobolan pipis di lantai atau i kasur saat tidur. Tapi saya bertahan untuk tetap membiarkan attar pakai celana rumahan, tak peduli berapa celana yang kotor, tak peduli berapa sering kami ngepel lantai yang basah, mengganti sprei yang basah dan tak peduli berapa kali seminggu mencuci.

Bagaimana dengan manajemen pipis saat tidur? Ini dia yang selalu jadi PR, tak mudah merau bahkan dengan jurus macam-macam mengajak attar pipis di kama mandi. Okelah kalau mau bobo masih bisa diajak “ngobrol” supaya mau pipis dulu sebelum bobo. Tapi kalau sudah ngelilir –artinya waktu pipis- belum tentu cara ngobrol menjadi efektif.

Namanya juga setengah gak sadar, yang ada malah  bikin heboh tengah malam, nangis. Sampai kebayahan kami menemukan waktu yang pas agar moment ngeliir bisa jadimomen yang juga sama-samamenyenangkan untuk ke kamarmandi. Pernah sampaimau pipisdalam keadaan ngantuk banget tapi menjadi cerah bersinar usai dari kamar mandi, dan bisa ditebak malah mengajak kami bermain di tengah malam.

Momen bepergian tak jarang kami jadikan semacam tes. Jadi kami mulai nekat mengajak attar eluar tanpa diapers/clodi, hanya pakai celana dalam dan celana luar. Kami tetap bawa cadangan clodi tapi dalam tas, dipakai jika benar-benar dalam keadaan mendesak. Jam pipis tetap berlaku meski sedang keluar, bagi kami TT sambil bepergian adalah salah satu tahapan yang juga harus dilalui. Meski tantangan lebih besar karena tak jarang pula kami alpa mengingat jam pipis attar.

Nah sebagai tambahan berikut tips sederhana dari ayah attar:
1.      Tidak membiasakan, sejak bayi pakai diapers atau clodi jika tidak dalam keadaan insidental atau bepergian
2.      Memanage jam pipis anak, kitalah yang paling hafal berapa kali sehari pipis, per berapa jam. Awalnya sering kecele tapi lama-lama bisa ngepasin
3.      Bergantian bangun tengah malam saat anak ngelilir dan membujuk –tanpa dipaksa- agar mau ke kamar mandi

Well cerita di atas adalah bagian dari usaha, seringkali kami capek atau bahkan malas, manusiawi bukan. Jadi saling mendukung dan menguatkan adalah jalan keuluar yang kompromis, jika saya down si ayah yang berperan pun sebaliknya. Jangan pula berpatok pada waktu, tak perlu menargetkan usia berapa anak bisa lulus TT, yang lebh penting adalah anak ke kamar mandi karena memang sudah jadi kebutuhan, bukan lagi keterpaksaan.


Saat yang dinanti pun tiba, pagi penuh kejutan tepat di usia 23 bulan menjadi sakral bagi kami, karena anak manis ini sudah bisa ke kamar mandi sendiri buat pipis, tanpa kami ingatkan. Sekarang kami bebas jalan-jalan bahkan sampai luar kota tanpa diapers atau clodi. Alhamdulillah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar