Selasa, 17 Maret 2015

Yoga; Tak Sekadar Gaya Hidup


Seperti kata pepatah lawas: Tak Kenal Maka Tak Sayang, tampaknya juga berlaku bagi saya saat memandang Olahraga Yoga. Yup, jujur kali pertama saya melihat Yoga begitu berjarak, olahraga elite hanya segelintir orang yang mau melakukan, yah termasuk salah satu gaya hidup kelas menengah, ah gerakannya kok cuma gitu-gitu aja kaya bukan olahraga dan sederet asumsi2 skeptis lainnya. 

Sampai pada suatu ketika, ada seorang kawan atau kakak, saya menganggapnya berkali-kali ngajak latihan Yoga tapi tetap saja saya tak bergeming, cuek dan basa-basi agak tertarik. Meski sebenarnya saya masih terjebak pada asumsi seperti yang saya sebutkan di atas. Well, seiring waktu mulai banyak yang kasih input, khususnya dari orang2 terdekat saya, kalau saya ini orangnya gak fokus, kadang suka uncontrol dan semacamnya. Yeah itu masukan memang, tapi saya pikir saya belum ada waktu.

Namun akhirnya, ketika saya dihadapkan pada situasi yang sangat pelik, saya pun memilih menyerahkan diri tsaaah dengan Yoga. Tampak katarsis yah? well saya tidak bisa memungkiri memang demikian lah adanya. Entah mengapa, saat kali pertama saya mulai latihan Yoga, hati ini kok merasa klik ya, selain tentu karena teman saya mengajari sangat komunikatif, saya perlahan tapi pasti mulai mendapat semacam pencerahan akan jawaban2 asumsi skeptis saya terhadap Yoga. 

Setiap gerakan demi gerakan begitu terasa manfaatnya bagi tubuh saya, bagaimana saya bersikap pada tubuh saya selama ini, bagaimana saya memperlakukan tubuh selama ini. Bahwa tumpuan kekuatan ada pada lutut, ketika lutut kita bisa mengunci dengan sempurna maka itu adalah jawaban untuk melangkah ke gerakan lain. 

Artinya ketika bisa menyangga tubuh kita dengan baik tanpa harus buang energi terlalu banyak dan tentu saja boros nafas. Setiap gerakan membuat yang awalnya bikin tubuh saya pegal-pegal lantaran tak terbiasa dengan olahraga, kini menjadi biasa. Pikiran-pikiran saya yang seringkali bercabang, perlahan menemukan jalannya. Secara tak sadar berpengaruh pada pola emosi kita, serupa menemukan pengalihan yang memberikan feedback positif bagi tubuh dan jiwa.

Sampai saya berpikir bahwa selama puluhan tahun ini, saya kadung nyaman dengan postur saya. Misal sering bungkuk kalau berdiri atau duduk dengan alasan merasa risih dengan dada yang condong ke depan, tapi ternyata itu berpotensi pada gangguan tulang belakang dan ekor, pun termasuk cara saya berdiri yang tidak lurus termasuk juga telapak kaki saya itu juga bisa berpotensi membuat kaki jadi tak seimbang. It so amazing.....

Sekilas Tentang Yoga

Jika hendak flash back sejenak, menurut informasi yang saya unduh dari  sini, sudah sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah satu alternatif pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya yoga diprakarsai oleh Maharsi Patanji, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak kalangan umat Hindu. Tulisan pertama tentang ajaran Yoga adalah kitab Yoga Sutra karya Maharsi Patanjali, walaupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu. 

Ajaran Yoga sebenarnya sudah ada didalam kitab Suci Sruti maupun Smerti, demikian pula dalam Itihasa dan Purana. Setelah buku-buku Yoga Sutra, muncullah kitab-kitab Bhasya yang merupakan komentar terhadap karya Patanjali di atas, diantaranya Bhasya Niti oleh Bhojaraja dan lain-lain. Komentar-komentar ini menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk Sutra berupa kalimat pendek dan padat.

 Yoga sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti penyatuan yaitu menyatukan diri dengan alam dan menyatukan diri dengan Yang Maha Pencipta. Merupakan aktivitas meditasi atau tapa yang dilakukan dengan mengontrol seluruh panca inderanya (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit) dari pemusatan pikiran yang dilakukan.

Penyebaran Yoga dari India ke Indonesia disebarkan oleh Maha Rsi Agastya dari Kasi, Benares India. Seterusnya sejarah perkembangan Ajaran Yoga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Overall, saya memang masih newbe berlatih Yoga, meski telah melahap salah satu buku panduan Yoga yang direkomendasikan oleh instruktur saya, meski masih hitungan jari latihan tapi entah mengapa saya merasa cocok dengan olahraga ini. Selain tentu saja sehat dan seimbang bagi tubuh saya, banyak nilai lain yang tak kalah priceless saya rasakan, seperti kesabaran, ketelitian, kelepasan, kepasrahan dalam arti percaya pada tubuh sendiri.

Saat meditasi saya merasa tenang dan fokus, belajar untuk sejenak lepas dari riuh rendahnya pikiran alam, tapi menyatu dengan tubuh. Ah, ektase itu kita dapatkan saat semua gerakan telah dilalui, dan kita tenggelam dalam savasana..rileksasi, penyerahan diri secara total. Yah, olah tubuh, jiwa, fikir dan nafas yang menjadi satu kesatuan dengan alam yang seimbang dan harmonis.

Namaste

4 komentar:

  1. salam kenal mak. yoga baik untuk menjaga kesehatan ya mak

    BalasHapus
  2. Nggak pernah yoga, tapi pernah praktekin afro yoga sama suami. Seruuu :D

    BalasHapus
  3. halo salam kenal mba agustina, yaps mak, yoga baik untuk menjaga kesehatan terutama balancing antara psikis dan fisik :)

    BalasHapus
  4. salam kenal mak mimi: yeaps yoga bersama pasangan tentu seru dan menyenangkan, semangat mbaa

    BalasHapus