Rabu, 15 April 2015

Celah Kosong itu Bernama Ngopi





Karena perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah kecil (pepatah Tiongkok)
                                      
Sejak lama saya memimpikan punya ruang atau semacam kedai kopi sendiri, atau minimal yang paling sederhana adalah bisa bikin kopi sendiri, belajar dari mereka yang sudah mahir meracik kopi. Belum lama ini impian itu saya coba tuangkan dalam tulisan di sini sebagai salah satu peserta giveaway yang bercerita ihwal mimpi. 


Karena kopi itu tergantung bagaimana kita merasakannya........

Pucuk dicinta ulam pun tiba, mungkin itu ungkapan yang tepat untuk mewakili perasaan saya, saat lagi pengen2nya ikut kelas kopi eh dapat info kalau salah satu grup masak besar di jagat maya bertajuk Natural Cooking Club, untuk kali pertama membuka kelas meracik kopi dengan tagline "Kopi Rumahan Ala Cafe". Oh God. Saya merasa beruntung bisa menjadi bagian kelas pertama, asuhan pak Wisnu Ali Martono, yang merupakan founder NCC.

Bukan hanya ihwal teknik yang diajarkan tetapi mulai dari basic, kenapa kami semua –peserta- memilih untuk ikut kelas membuat kopi. Ada banyak alasan, mulai dari tentu saja coffee lover sampai idealisme tentang warung kopi. Dari kami semua sampai sekarang rata-rata masih setia menikmati kopi sachet yang sangat praktis untuk sehari2. Lantas sah kah kalau kami mengklaim sebagai pecinta kopi yang bisa jadi akan jadi bahan lucu2an bagi mereka yang menikmati kopi dengan membuat sendiri kopi racikan. Kebetulan saya pernah mengalaminya :D.

Ssempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetaplah kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan –Filosofi Kopi-

Rasa kopi itu dominan pahit tapi tentu saja ada rasa lain yang terdapat dalam secangkir kopi, ada asam, asin, pedas, manis, yah memang masing2 jenis kopi memiliki kecenderungan rasa ikutan dari based kopinya sendiri yaitu pahit.

Bagi penyuka kopi tentu akan susah jika ditanya mengapa suka kopi, mengapa kopi itu enak? Yah memang demikian, termasuk saya suka kopi sedari kecil saat saya mulai merasa betapa tidak enaknya susu putih yang kerap ditawarkan ibu. Sampai pada jalan tengah akhirnya kami sepakat untuk mencampur 1 sdt kopi pada minuman susu saya. Praktis setiap hari saya minum susu kopi. Kebiasaan kecil yang lantas jadi ritual dalam keseharian saya, saat mengerjakan tugas, having fun time atau dalam tekanan kerja. Terlebih saat tren warung kopi bertebaran di Jogja, tempat saya tinggal lama. 

Aroma kopi itu comforting, iya jujur saya akui, baru menikmati aromanya saja sudah bisa mem-booster mood saya beraktivitas atau sekadar menulis. Terlebih saat saya mulai menyeruput kopi panas yang begitu hangat dan nikmat meluncur di mulut saya. Ternyata benar yang banyak orang bilang kalau kopi bisa memberikan sugesti bagi peminumnya, and then itu juga berlaku untuk saya. 

Arabica atau Robusta hanya pembeda jenis kopi, esensinya kamu menikmati setiap hirup dan rasanya...

Perbedaan paling kentara dari kopi sachet dan racikan  pada proses pembuatan saja, karena muasalnya tetap sama dari biji kopi. Jika kopi sachet kita cukup merogoh kocek mulai dari 1500/sachet kemudian diseduh dengan air panas atau tambahan gula maka jadilah kopi siap seruput. Sementara kopi racikan tidak bisa dibilang mudah meski kalau sudah terbiasa akan tampak sederhana. Mulai dari membeli biji, roasting/sangrai, grinder, sampai meracik dan meng-combine dengan bahan lainnya. 

Mengapa roasting, karena menghasilkan cita rasa yang berbeda, dan itu hanya bisa dikatakan saat kita mencoba sendiri. Roasting dapat dilakukan sederhana dengan pan di dapur selama kurang lebih 30 menit, tapi tidak saklek juga siy karena kalau penggemar kopi light tidak sampai 5 menit disangrai, atau bisa lebih dari 30 menit jika menyukai dark coffee. Membuat dengan kondisi fresh from roasting akan menghasilkan rasa yang lebih nikmat. Semakin hitam maka akan semakin rendah kadar asamnya, pas bagi penyuka kopi yang punya gangguan lambung. Oya jangan lupakan juga, kelamaan nyeduh bisa pengaruh pada kadar asam, cukup 1-4 menit jangan lama2 ya. 

Dalam setiap seduhan kopi terdapat sekitar 1000 senyawa kimia, dan kalau antar senyawa kimia itu tidak balance maka akan beda rasanya. Biji kopi sendiri terdapat dua jenis dari tanah tempat biji ditanam; ada Arabica dan Robusta. Perbedaan fisik kedua biji tersebut adalah jika arabica bagian tengah tidak rata, sebaliknya robusta rata. Arabica ditanam di dataran tinggi, sementara robusta dataran rendah. Sampai saat biji matang jika arabica sampai tua tidak jatuh, kalau robusta jatuh begitu matang.

 

Coffee maker memang penting, tapi lebih penting proses yang kamu ciptakan.....

Alat pembuat kopi mahal? Memang, tapi worth it dengan hasil yang didapatkan apalagi jika bicara soal bisnis warung kopi eaaa ujung2nya bisnis hihihi. Tapi bukan berarti kita give up kan ya, karena coffee maker sendiri macam-macam fungsi dan harganya. Taruhlah coffee maker yang paling standar bisa kita miliki di rumah french press yang bisa menghasilkan resep cafe au lait (kopi tanpa crema) dan Phin yang bisa menghasilan kopi dingin ala Vietnam, Ca Phesu Da. Dengan kedua alat itu jika kita dimiliki di rumah, its more enough, bisa-bisa dengan gaya kita ucapkan good bye sama kopi sachet :D

Nanti  perlahan bisa memiliki alat-alat yang lengkap jika situasi memungkinkan, terlebih kalau punya impian warung kopi, baru deh perlu punya Espresso maker. Definisi Espresso maker sendiri menurut Espresso Institute di negara asalnya, Italia berarti cara menyeduh kopi dengan bubuk kopi 7 gram, air panas, dengan waktu seduh 25-30 detik menghasilkan 52-30 cc kopi. Selain elektrik, ada juga handpresso atau manual, enaknya siy bisa kita bawa kemana-mana, pas bagi yang mobile.

Bagi kamu penyuka kopi dingin, cara kerjanya ada pada filter toddy brewer. Taruh bubuk kopi 170 gram, tuang air dibagi tiga tahap, tambah bubuk kopi, tuang air lagi baru deh diseduh. Eh ya istimewanya kopi dingin ini bisa kita jadikan kopi biang karena sangat pekat dan hitam, bisa disimpan di lemari es dan dimix dengan susu sewaktu-waktu kapan pun kita mau. Coffee maker lainnya ada siphon, aeropress, mocha pot, stove stand, ministove. Alat pelengkap lainnya berupa kettle, thermometer, shaker, dan milk foamer.

Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya –Filosofi Kopi-

Begitulah sedikit cerita saya saat mengikuti kelas kopi yang hangat namun penuh makna. Kembalilah ke ‘rumah’, bikin  kopimu sendiri, nikmati dan rasakan dalam setiap seruputnya. Sembari membayangkan tentang banyak hal yang menenangkan sekaligus memberi semangat. Life is Beautiful. Jadi kapan kita nonton film Filosofi Kopi #eeeh.

#cka

3 komentar:

  1. Saya lagi ngebet pengen nonton film filosofi kopi...yuk kita nonton mak :))

    BalasHapus
  2. Kalo dibuat sendiri kopinya pasti rasanya beda ya, paling ngga ada rasa semacam kepuasan tersendiri gitu

    BalasHapus
  3. Aku juga suka kopi mbak, tapi emoh kali disuruh minum kopi pahit hehehe:D Maunya yang udah di mix sama bahan lain.

    Btw, aku mau ngasih tau juga kalo di blog aku lagi ada Giveaway :) http://gebrokenruit.blogspot.com/2015/05/giveaway-kedua-mfrosiy.html Ditunggu partisipasinya ya :) Tuliskan aspirasimu dan tebarkan inspirasi terhadap sesama. Selamat berkreasi.

    BalasHapus