Minggu, 11 Oktober 2015

Curahan Hati yang Tak Sempurna

 "Seorang anak tak bisa memilih dari ibu seperti apa dan bagaimana ia dilahirkan...Tapi seorang ibu selalu punya kesempatan belajar dan punya doa yang tak habis dilangitkan"

Demikian petikan kegalauan seorang emak jelang hari senin, kegalauan yang bisa dishare di social media, entah untuk apa dan maksud apa.

Yang jelas ungkapan refleks dan merasa bahwa teman-teman di path lebih bisa melihat orang lain dengan lebih dekat bukan katanya dan katanya...

Tapi bukan itu poinnya, karena malam ini dan malam2 sebelumnya ketika besok -saat mataharimasih tidur- aku sudah harus menjajak jalanan ibu kota, berteman dengan mereka yang sama-sama berjuang, mengejar bus, berebut tempat duduk dan menahan kantuk saat di perjalanan.

Waktu yang sekejap ini aku maknai sebagai pelepas kangen, bersyukur bahwa di antara segenap rasa melow dan galau ini melihatnya tumbuh sehat dan ceria tanpa kurang satu apapun. Bukankah itu yang jauh lebih penting? Selalu mencoba bersyukur atas keadaan yang kerap tidak pernah kita inginkan atau bayangkan.

Perjuangan ini mungkin masih awal, masih butuh banyak penyesuaian yang akan dihadapi, masa depan yang masih samar dan aku tak berani membayangkannya. Sebab, merapalkan pengharapan masa depan seringkali hanya berpaling pada kenyataan yang dihadapi sekarang.

Iya, kita hidup di masa sekarang, hanya bisa menjalani yang bisa dijalani. Termasuk pilihan hidup untuk lepas dari zona nyaman, terjun dan berjuang demi keberlangsungan hidup.

Satu hal yang aku sadari benar, bahwa aku tak bisa meminta untukmu mengerti Nak, sebab kamu memang terlampau kecil untuk mengerti. Maka nikmatilah masa kecilmu yang apa adanya, ceria dan bahagia. Biarlah rasa cemas, galau, keraguan hanyalah milik yang sudah mulai mengaku dewasa, meski seringkali mengaku sok dewasa.

Sekali lagi, Nak aku hanya punya kesempatan untuk belajar dan doa. Iyah, doa agar dalam keseharian saat kau tak bersamaku Tuhan selalu punya cara melindungimu. Karena ibumu ini bukanlah ibu yang sempurna, yang sanggup menjagamu sepanjang hari, menemanimu sekolah, menyiapkan bekalmu.

Tapi, ibu tak pernah menyesal dengan keadaan ini, meski sebentar kita pernah bulan madu kan di masa itu. Semoga bulan madu itu selalu terekam dalam memorimu, mengingat ibumu yang tak sempurna ini.


Tangerang di pergantian hari

1 komentar: