Senin, 06 Juni 2016

Lebih Rela Pakai Kw atau Ori?






Timeline saya hari ini mendadak penuh dengan share dari sebuah media yang menampilkan foto-foto kegiatan Departemen Hak Kekayaan Intelektual Pemerintah Thailand. Mereka memusnahkan barang-barang KW alias imitasi. 

Jagat grup emak-emak pun gempar kok bisa? Ya bisalah bayangin bok, itu tas-tas KW merek brand terkenal masih mulus, kinyis, mau dihancurkan pakai mesin penghancur. Bukan hanya tas, ada pula tas, sepatu dan aksesoris lainnya. Aw tidak, pengen banget bilang: “sinih buat gue ajah!” 

Duh, gak rela lihatnya?

Ratusan komen bernada mupeng sampai menggurui pun tak urung memenuhi kolom postingan media tersebut, belum lagi yang membagikannya ke timeline mereka. Semua kekeh dengan pendapat masing-masing. As always lah ya, pro kontra pasti ada. 

Tapi kebanyakan gak rela sih, wajar lah, manusiawi kan saat ngedapetin barang itu kudu merogoh kocek dalem-dalem, nabung di botol air mineral bahkan –ini sih curcol-, nah ini dengan datarnya main dihancurkan begitu saja. 

Benerkah gak rela? Boleh tanya, lebih gak rela mana kalau kita terus menerus memaksa agar image kita terlihat baik hanya karena pakai barang dengan brand kesohor tapi tapi itu KW? Ada gak kebanggaan? Atau sekadar jaga gengsi? Menjaga nyinyiran orang, masa’ kerja di situ kok begini, masa pengusaha kok tampilannya gak modis dan sederet masa’ lainnya. Beti yah alias beda tipis. 

Gak usah jauh-jauh lah saya mencontohkan orang lain. Saya –tunjuk diri sendiri- gak menutup keadaan kalau masih suka kalap lihat barang-barang KW dengan brand ituuuh yang nyebutnya aja saya masih suka salah. Masih suka bergumam: Ya ampun ada garage sale barang bermerek, kapan lagi coba kalau gak beli sekarang –tutup muka pakai daster-. 

Benar banget jika ada meme yang bilang: “Menurut hukum fisika, tekanan berbanding lurus dengan gaya, jadi kalau hidupmu banyak tekanan, mungkin karena kamu kebanyakan gaya”

Fakta yang gak bisa dimungkiri bahwa barang bermerek ori tentu sangat mahal, maka jika banyak dari kita melirik barang KW kadang tak terelakkan. Hukum pasar pun berlaku. Banyak produsen yang memproduksi barang dengan model plek ketiplek seperti impian konsumen. Gak cuma di toko-toko sekitar kita, tapi juga via online shop yang bertebaran di media sosial. 

Sebagai contoh, tas. Merujuk salah satu perancang tas kenamaan Hanny Danani, tas KW yang ditawarkan di pasaran ada berbagai macam kualitas. Mulai KW premium dan KW 1 (buatan luar negeri: Hongkong, Korea dan China) dan KW 2 (buatan lokal). Nah tas yang paling banyak ditiru ialah merek LV, Chanel, Hermes, Gucci, Chloe, Botega Venneta dan Prada. 

FYI, tas ori dibuat dari kulit asli, sementara si KW1 dan KW 2 dibuat dari bahan kulit sintetis. So, wajar kan kalau tas KW1 dan KW2 dibandrol dengan harga jauh lebih terjangkau. Even sama-sama hitam misalnya, kepekatan warna susah buat dipalsukan.

Tunggu dulu, pembedanya gak cuma soal harga dan bahan kulit lho. Struktur tas keseluruhan, resleting, kualitas jahitan, tas pembungkus (dustbag), pelapis dalam tas, nomer seri sertifikat hingga protective metal base. Amazing kan? Detail banget kalau barang ori mah. 

Kembali ke soal kekayaan intelektual, sebesar apa sih kita menghargai produk asli atau kerap kita sebut ORI? Kita ngeshare berita-berita tentang produk asli Indonsia tetapi kalau kita tengok tas atau sepatu masih bertengger merek luar –meski KW-. Saya suka salut sama mereka yang dengan bangga mengenakan tas dan sepatu etnik khas Nusantara. Sungguh.

Begitulah nyatanya, kudu berani bilang rela pakai produk asli Indonesia, kalau gak sanggup beli ya tahan, kalau gak kuat dan kebayang-bayang terus –sampai mungkin gak bisa tidur- ya nabung lah dikit-dikit. Bergayalah sesuai gaya dan kemampuan kita, tsaaah –ngomong mah gampil ya- kalau pun memilih belanja barang yang terjangkau silakan ke pasar tradisional, salah satu cara juga ikut melestarikan pasar tradisional kan.

Padahal saya menulis ini sembari menatap nanar tas warna navy blue di laci bertuliskan ‘Steve & Co’. Terekam dengan jelas waktu beli di bilangan Kalibata, harga asli Rp699.000,- jadi Rp150.000,- Mana tahan coba!

Ampun bang, Hayati gak lagi-lagi deh tergiur barang KW, SEMOGA!   

Taken pic: Istimewa    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar